A
بسم الله الرحمن الرحيم
DUA RENUNGAN
I. MENGAMBIL HIKMAH DARI DAWUH IMAM SYAFI'I
Dalam Nashāihul 'Ibād disebutkan:
قال بعضهم سيروا الی ﷲ عرجا ومكاسير _ نصائح العباد
Sebagian Ulama berkata, " Berjalaanlah kalian kepada Allah dengan tertatih-tatih dan segala keremukkan."
Sahabatku, 'ibaroh di atas menurut sebagian adalah hadits, walaupun yang tahqiq bukanlah hadits. Menurut sebagian lainnya adalah perkataan Imam asy Syafi'i, dan menurut sebagian perkataan ba'dluhum seperti di Nashoihul 'Ibad di atas. Bisa pula dilihat dalam Kasyful Khofā:
سيروا إلى اللهِ عُرجًا ومَكاسيرَ؛ فإنَّ انتِظارَ الصِّحَّةِ بطالةٌ.
_ العجلوني _ كشف الخفاء ١/٥٦٣
" Berjalanlah kalian kepada Allah dengan tertatih-tatih dan segala keremukkan. Karena sesungguhnya menunggu sehat itu sia-sia."
Juga bisa ditemukan dalam Kitab Maslak al Atqiyā' wa Manhaj al Ashfiyā' halaman 170.
Maksud dari kalam hikmah tetsebut adalah walaupun kenyataan kita sangatlah penuh kekurangan dalam beribadah kepada Allah, teruslah menujuNya walaupun harus tertatih-tatih dan penuh kepedihan karena begitu banyak cacat dan kekurangan, penuh sakit dan penderitaan, teruslah maju kepadaNya.
Dalam melangkah menujunya harus selalu penuh harapan akan datangnya rahmat dan penerimaan.
Berjalan menuju Allah dengan niat baik dan ikhlas walau betapa sulitnya, menuju kepadaNya tanpa harus melihat penilaian manusia sehingga akhirnya ia meninggalkan amal itu karena merasa hilang dari pandangan mereka, majulah kepadaNya tanpa disertai riya dalam beramal:
أن ترك العمل لأجل الناس رياء، ولو فتح الإنسان عليه باب ملاحظة الناس والاحتراز من تطرق ظنونهم الباطلة لانسد عليه أكثر أبواب الخير وضيع على نفسه شيئا عظيما من مهمات الدين وليس هذا طريق ( 4 ) العارفين _ الأذكار للإمام النووي ١/٢٠
"Sesungguhnya meninggalkan suatu amal karena semata manusia adalah riya. Seandainya seseorang membuka kepada manusia pintu bagi persepsi/pengawasan/penilaian manusia dan memelihara diri dari memberi jalan terhadap sangkaan-sangkaan mereka yang salah, tentu akan tertutup kepadanya sebagian besar pintu-pintu kebaikan dan menyia-nyiakan sesuatu yang besar dari urusan-urusan penting dalam agama, dan cara ini bukanlah jalan para ahli ma'rifat."
Sahabatku, dalam 'ibaroh ada pernyataan, "karena sesungguhnya menunggu menunggu sehat itu sia-sia." Maksudnya adalah jika seseorang menuju Allah menunggu dirinya selamat dari segala kesalahan adalah sia-sia karena tak ada satu pun waktu dan hari yang dilalui kecuali pasti ada kesalahan, cacat, dan dosa baik dilakukan sengaja atau tidak sengaja.
Jangan pernah bersandar kepada amal perbuatan, tetapi bersandarlah kepada Allah. Jika kita bersandar kepada amal, maka tatkala terjadi kesalahan yang dilakukan, ia akan berkurang rajā' (berharap rahmat) kepadaNya.
Imam Ibnu 'Athāillah as Sakandari dalam kalam hikamnya berkata:
من علامة الاعتماد على العمل # نقصان الرجا عند وجود الزلل
"Termasuk tanda bersandar kepada amal, ialah berkurangnya sifat rajā' ketika datangnya berbagai kekeliruan."
Akan tetapi bait di atas bukan berarti menjadikan seseorang bebas berbuat salah.
Renungan lainnya dari dawuh Imam asy Syafi'i adalah:
وقال الامام الشافعی رضی ﷲ عنه من تعلم القران عظمت قيمته ومن تعلم الفقه نبل قدره ومن كتب الحديث قويت حجته ومن تعلم الحساب جزل رايه ومن تعلم العربيۃ رق طبعه ومن لم يصن نفسه لم ينفع علمه
Adalah perkataan Imaamunaa asy Syafi'i radliyallāhu 'anhu, pernyataan itu bisa pula dilihat dalam kitab Manaqib asy Syafi'i.
Beliau berkata:
من تعلم القرآن الكريم عظمت قيمته، ومن نظر فى الفقه نبل قدره، ومن كتب الحديث قويت حجته، ومن نظر فى اللغة رق طبعه، ومن نظر فى الحساب جزل رأيه _ مناقب الشافعي للبيهقي ج ١ ص ٢٨٢
"Barang siapa mempelajari al Qur'an betapa agung nilainya, barang siapa belajar fikih terhormat kedudukannya, barang siapa menulis Hadits kuatlah hujjahnya, barangsiapa berkonsentrasi pada bahasa (bahasa Arab) lembutlah wataknya, dan barangsiapa fokus dalam ilmu hisab mulialah ra'yunya."
Ada lima ilmu yang harus diperhatikan:
1. Mempelajari al Qur'an
2. Mempelajari Fiqih
3. Menulis/mempelajari Hadits
4. Bahasa
5. Hisab, baik hisab falaki atau hisab seperti ilmu hitung (sekarang: matematika).
Dalam Nashāihul 'Ibad ada tambahan:
ومن لم يصن نفسه لم ينفع علمه
"Dan barang siapa tidakbisa memelihara dirinya, maka tidaklah bermanfaat ilmunya."
Nasehat berikutnya mesti menjaga kehormatan diri, menjaga muru'ah. Karena walaupun berilmu tapi tak mampu memelihara diri maka sia-sialah ilmunya, jatuh pada kehinaan.
Dalam satu sumber dikatakan bahwa Imam Syafi'i betapa menghargai nilai-nilai keilmuan termasuk ilmu-ilmu tertentu yang dipandang mendukung ilmu-ilmu keislaman seperti kedokteran (pengobatan)
Dii saat umat Islam kurang fokus terhadap kedokteran, beliau merasa kecewa dan berkata:
ضيعوا ثلث العلم ووكلوه إلى اليهودي والنصارى _ مناقب الشافعي
"Mereka menyia-nyiakan sepertiga ilmu dan memberikan kepercayaan kepada Yahudi dan Nasrani."
Coba perhatikan perkataan Imam Syafi'i yang mempertimbangkan segalanya dan mengintegrasikan keilmuan dengan kenyataan dan mengkorelasikannya dengan kehidupan dan memberikan motivasi kepada umat dan generasi pelanjut agar mereka menguasai segala bidang, termasuk kedokteran, hisab, bahasa, sya'ir, bahkan keterampilan seperti berkuda dan memanah. Pantaslah memang beliau layak menjadi seorang mujtahid mutlaq di bidang fikih.
Dan menurut informasi dari salah satu guru saya, Prof. Dr. K.H. Fuad Wahab guru besar Bahasa Arab di UIN Bandung dan sesepuh Pondok Pesantren Sukahideng bahwa Imam Syafi'i mampu menghafal seluruh kitab al Muwaththa' karya gurunya Imam Malik bin Anas radliyallāhu 'anhuma hanya dalam waktu 9 hari yang terdiri dari sekitar 5000 hadits beserta sanad dan takhrijnya. Subhanallah..
II. BERHATI-HATI ATAS JEBAKAN SYETAN, RENUNGAN ATSAR IMAM AL HASAN BIN SHALIH.
Perhatikan 'ibaroh berikut:
أَخْبَرَنَا مُحَمَّد بْن أبي القاسم ، نا أَحْمَد بْن أَحْمَدَ ، نا أَبُو نعيم الْحَافِظ ، نا أَبُو مُحَمَّد ابْن حيان ، ثنا أَحْمَد بْن مُحَمَّد بْن يعقوب ، ثنا مُحَمَّد بْن يوسف الْجَوْهَرِيّ ثنا أَبُو غسان النهدي ، قَالَ : سمعت الْحَسَن بْن صالح رحمه اللَّه ، يَقُول : " إن الشَّيْطَان ليفتح للعبد تسعة وتسعين بابا من الخير يريد به بابا من الشر " _ تلبيس إبليس لابن الجوزي الباب الرابع : فِي معنى التلبيس والغرور
"Sesungguhnya syetan benar-benar membuka kepada seorang hamba sebanyak 99 pintu kebaikan dan ia menginginkan dengan hal itu satu pintu kejahatan."
Juga 'ibaroh berikut:
إن الشيطان ليفتح للعبد تسعة وتسعين بابا من الخير يريد بها بابا من الشر" انتهى من " سير أعلام النبلاء " (٧ / ٣٦٩) .
"Sesungguhnya Syaithan benar-benar membuka keoada seorang hamba 99 pintu kebaikan yang dikehendaki dengan semua itu satu pintu keburukan."
Permasalahannya, apakah angka 99 itu realitasnya atau gambaran? Dalam hal ini kita jangan sibuk memikirkan angkanya tapi nilai kandungannya.
Kita lihat contoh pembanding:
عن أبي هريرة -رضي الله عنه- قال: سمعت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- يقول: (جَعَلَ اللَّهُ الرَّحْمَةَ مِائَةَ جُزْءٍ فَأَمْسَكَ عِنْدَهُ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ جُزْءًا وَأَنْزَلَ فِي الْأَرْضِ جُزْءًا وَاحِدًا فَمِنْ ذَلِكَ الْجُزْءِ يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ حَتَّى تَرْفَعَ الْفَرَسُ حَافِرَهَا عَنْ وَلَدِهَا خَشْيَةَ أَنْ تُصِيبَهُ) رواه البخاري.
"Allah menjadikan rahmat menjadi 100 bagian, lalu Dia menahan 99 bagian padaNya, dan diturunkan ke bumi 1 bagian saja, dari satu bagian itu seluruh makhluk saling mengasihi sampai kuda mengangkat telapaknya demi anaknya karena takut menimpa/menginjak anaknya itu."
Hadits di atas bisa ditemukan juga dalam riwayat Imam Muslim dan Imam ad Dārimī.
Imam al Mubarakfuri menjelaskan hadits tersebut:
(وأخر تسعاً وتسعين رحمة) قال الطيبي: "رحمة الله تعالى لا نهاية لها فلم يرد بما ذكره تحديدا بل تصويرا للتفاوت بين قسط أهل الإيمان منها في الآخرة وقسط كافة المربوبين في الدنيا". _ تحفة الأحوذي شرح سنن الترمذي (ج ٨ / ص ٤٣٨).
"Dan di akhirkan 99 rahmat, menurut at Thayyibi: Rahmat Allah itu tidak terbatas dan tidak diwaridkan penyebutan jumlah itu, tetapi merupakan penggambaran begitu beratnya timbangan rahmat orang beriman di akhirat dibandingkan dengan timbangan rahmat bagi seluruh makhluk di dunia."
Atau dalam 'ibarah lainnya:
وقال الكرماني: الرحمة هنا عبارة عن القدرة المتعلقة بإيصال الخير، والقدرة في نفسها غير متناهية، والتعليق غير متناه، لكن حصره في مائة على سبيل التمثيل تسهيلا للفهم وتقليلا لما عند الخلق وتكثيرا لما عند الله سبحانه وتعالى
"al Karmani berkata, rahmat di sini adalah sebuah 'ibarah tentang qudrah yang bertalian dengan pengaliran kebaikan, dan qudrah pada hakikatnya tidak berkesudahan dan pengkaitan tidak pula berkesudahan. Akan tetapi dihitung dengan bilangan 100 sebagai tamtsil (pengumpamaan) demi memudahkan pemahaman, memberikan makna sedikit tethadap sesuatu yang ada di sisi makhluk, dan memberikan makna banyak terhadap sesuatu yang berasal dari Allah Subhānahu wa Ta'ālā.
Atau seperti dalam tafsir berikut:
وقال القشيري : ويجوز أن يقال : لم يكن له هذا العدد بعينه ، ولكن المقصود ضرب مثل ، كما تقول : لو جئتني مائة مرة لم أقض حاجتك ، أي : مرارا كثيرة . _ تفسير القرطبي، سورة يوسف ٢٣
" al Qusyairi berkata, ' boleh untuk dikatakan tidaklah ada bilangan itu dalam hakikatnya, tetapi ia merupakan pembuatan perumpamaan. Seperti anda berkata, walau engkau mendatangiku 100 kali maka aku tidak akan penuhi keinginanmu, maksudnya: bila datang berkali-kali yang sangat banyak'. "
Ternyata angka 100 bagian rahmat itu bukan membatasi karena rahmat Allah itu luas, adanya penyebutan angka adalah untuk tamtsil dan agar memudahkan, dan menyedikitkan apa yang didapat dari makhluk serta membanyakkan apa yang dari Allah.
Sehingga menurut al Qusyairi ungkapan dalam Surah Yusuf pun boleh saja dikatakan bukanlah angka itu hakikatnya tetapi sebagai usaha menggambarkan ('alā dlarbi matsal/tamtsil).
Sehingga, penjelasan hadits 100 bagian rahmat itu apabila dihubungkan dengan masalah 99 kebaikan dari syetan itu pun adalah tamtsil, karena maknanya adalah seperti ungkapan berikut:
تتنوع طرائق الشيطان التي يسلكها لإغواء البشر وتتعدد، ويلحظ المتأمل في هذه الطرائق من الدهاء والمرونة، والجَلَد والخفاء ما تشيب له الرؤوس، ولعل من أدقِّ طرائق الشيطان وأخفاها في إغواء الخلق وصدِّهم عن سبيل الله تعالى طريقة ظاهرها الخير والمصلحة ولكن ما تفضي إليه الشر والمفسدة المحضة _ من أوسع أودية الباطل الغلو فى الأفاضل لعبيدة خالد عبد القادر، رابطة العلماء الشوريين
Intinya syetan melakukan segala usaha untuk menyesatkan dan menjerumuskan anak Adam dengan berbagai cara, langkah. Termasuk dengan segala kebaikan yang diarahkan untuk satu keburukan. Misalnya: Syetan mengarahkan manusia shalat, puasa, zakat, ibadah mahdlah lainnya tapi mempengaruhi manusia agar tidak ikhlas (riya'). Atau silakan beribadah tapi jangan mencari ilmu, dan lain lain.
Atsar tentang syetan membuka lebar-lebar pintu kebaikan demi satu keburukan yang bisa menghapus nilai ibadah yang banyak itu adalah sumpahnya seperti dalam Surah al A'raf ayat 17
القول في تأويل قوله : ثُمَّ لآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ (١٧):
قال أبو جعفر: اختلف أهل التأويل في تأويل ذلك.
فقال بعضهم: معنى قوله: (لآتينهم من بين أيديهم)، من قبل الآخرة =(ومن خلفهم)، من قبل الدنيا =(وعن أيمانهم)، من قِبَل الحق =(وعن شمائلهم)، من قبل الباطل.
ذكر من قال ذلك:
حدثني المثنى قال، حدثنا عبد الله بن صالح قال، حدثني معاوية, عن علي, عن ابن عباس قوله: (ثم لآتينهم من بين أيديهم)، يقول: أشككهم في آخرتهم =(ومن خلفهم)، أرغبهم في دنياهم =(وعن أيمانهم)، أشبِّه عليهم أمرَ دينهم =(وعن شمائلهم)، أشَهِّي لهم المعاصي _ تفسير الطبري
Dalam tafsir lain:
وقوله: ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمانِهِمْ وَعَنْ شَمائِلِهِمْ زيادة بيان لحرص الشيطان على إضلال بنى آدم بشتى الوسائل، أى: آتيهم من الجهات الأربع التي اعتاد العدو أن يهاجم عدوه منها، والمراد: لأسولنّ لهم ولأضلنّهم بحيث لا أفتر عن ذلك ولا أيأس.
وقيل إن معنى ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ أى: من قبل الآخرة لأنها مستقبلة آتية، وما هو كذلك فكأنه بين الأيدى. وَمِنْ خَلْفِهِمْ أى من قبل الدنيا لأنها ماضية بالنسبة إلى الآخرة ولأنها فانية متروكة «وعن أيمانهم وعن شمائلهم» أى: من جهة حسناتهم وسيئاتهم بحيث أزين لهم السيئات وأزهدهم في الحسنات.
وقوله: وَلا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شاكِرِينَ أى: مطيعين مستعملين لقواهم وجوارحهم وما أنعم الله به عليهم في طريق الطاعة والتقرب إلى الله.
وإنما قال ذلك لما رآه من الأمارات على طريق الظن كقوله- تعالى-: وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقاً مِنَ الْمُؤْمِنِينَ _ تفسير الوسيط للطنطاوي
Begitu kalau dalam pandangan saya yang dla'if.
Semoga Allah memuliakan para guru kita seperti al Imam asy Syafi'i, al Imam al Hasan bin Shalih, al Imam Ibnu 'Athāillāh dan lain-lainnya..
Semoga Allah memuliakan dan mengampuni kedua orang tua kita...
Dan semoga kita diselamatkan dari segala jebakan syetan, musuh abadi manusia.. Aamiin
اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك
وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والحمد لله رب العالمين
#a2zakhoel_alMukhlashi
Garut, 19 Desember 2018 / Malam 12 Rabi'ul Akhir 1440 H
0 Comments:
Posting Komentar
Bijaklah Dalam Berkomentar!