Jumat, 05 Juli 2019

Catatan Ki Aas #17 APALAH ARTI SEGUDANG ILMU TANPA AKHLAK DAN ADAB


A
بسم الله الرحمن الرحيم

APALAH ARTI SEGUDANG ILMU TANPA AKHLAK DAN ADAB

Sebuah keadaan yang merisaukan umat saat ini adalah berlomba berjualan dalil dalam tujuan sesaat.

Banyak orang yang diberi ilmu dan pengetahuan tidak lagi mendasarkan pengetahuan dan ilmunya atas dasar tujuan utama sesuai seharusnya ketika berniat saat mencari ilmu.

Setidaknya pada awal mengaji mengumpulkan segala niat baik, bisa kita lihat dalam Ta'līm al Muta'allim:

1. Demi meraih ridla Allah dan kebahagiaan di dunia dan akhirat
2. Menghilangkan kebodohan dalam dirinya dan kebodohan pada orang lain
3. Mensyukuri nikmat akal
4. Menghidupkan agama dan melanggengkan Islam melalui ilmu
5. Bukan bertujuan mendapatkan bagian duniawi, supaya manusia hanya mengikut dirinya saja, supaya dekat dengan penguasa, dan agar bisa membodohi manusia.

Sayyidina Mu'adz bin Jabal radliyallāhu 'anhu berkata:

" تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ ، فَإِنَّ تَعَلُّمَهُ لِلَّهِ خَشْيَةٌ ، وَطَلَبَهُ عِبَادَةٌ ، وَمُذَاكَرَتَهُ تَسْبِيحٌ ، وَالْبَحْثَ عَنْهُ جِهَادٌ ، وَتَعْلِيمَهُ لِمَنْ لا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ ، وَبَذْلَهُ لأَهْلِهِ قُرْبَةٌ ،
"Belajarlah (mengajilah) kalian pada ilmu, maka sesungguhnya mempelajarinya karena Allah membentuk 'khasy-yah' (rasa takut kepada Allah), mencarinya adalah ibadah, mudzakarahnya merupakan tasbih, membahas tentangnya adalah jihad, mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah, mematuhi ilmu kepada ahlinya adalah qurbah (amal taqarrub)."

لأَنَّهُ مَعَالِمُ الْحَلالِ وَالْحَرَامِ ، وَمَنَارُ سَبِيلِ الْجَنَّةِ ، وَالأُنْسُ فِي الْوَحْدَةِ ، وَالْمُحَدِّثُ فِي الْخَلْوَةِ ، وَالصَّاحِبُ فِي الْعُزْلَةِ ، وَالدَّلِيلُ عَلَى السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ ، وَالسِّلاحُ عَلَى الأَعْدَاءِ ، وَالزَّيْنُ عِنْدَ الأَخِلَّاءِ ، وَالْقَرِيبُ عِنْدَ الْغُرَبَاءِ ،
"Karena sebenarnya ilmu itu adalah rambu-rambu halal dan haram, tempat yang memberikan cahaya jalan syurga, pelipur kala sendiri, teman bicara saat khalwat, sahabat dikala 'uzlah (menghindari keramaian), menjadi dalil (memberi keterangan) di saat suka dan duka, pedang terhadap semua lawan, penghias ketika bersama para sahabat karib, menjadi yang dekat ketika bersama orang-orang asing."

يَرْفَعُ اللَّهُ بِهِ أَقْوَامًا فَيَجْعَلُهُمْ فِي الْخَيْرِ قَادَةً ، وَهُدَاةً يُهْتَدَى بِهِمْ ، وَأَئِمَّةً فِي الْخَيْرِ تُقْتَصُّ آثَارُهُمْ ، وَتُرْمَقُ أَعْمَالُهُمْ ، وَيُقْتَدَى بِفِعَالِهِمْ ، وَيُنْتَهَى إِلَى رَأْيِهِمْ ،
"Dengan sebab ilmu Allah mengangkat derajat pada banyak kaum, maka mereka menjadi panglima (panutan) dalam kebaikan, menjadi pemberi petunjuk yang ditujukan kepada mereka, menjadi imam dalam kebaikan yang akan dikisahkan sepak terjang mereka, amal-amal mereka diperhatikan sehingga diikutinya melalui perbuatan mereka dan hingga dalam pemikiran mereka."

تَرْغَبُ الْمَلائِكَةُ فِي خِلَّتِهِمْ ، وَبِأَجْنِحَتِهَا تَمْسَحُهُمْ ، وَفِي صَلاتِهَا تَسْتَغْفِرُ لَهُمْ ، حَتَّى حِيتَانِ الْبَحْرِ وَهَوَامِّهِ ، وَسِبَاعِ الْبَرِّ وَأَنْعَامِهِ ، وَالسَّمَاءِ وَنُجُومِهَا ،
"Malaikat menyukai bersama mereka, dengan sayap-sayapnya mengelus mereka, dan dalam do'anya beristighfar bagi mereka, hingga seluruh hewan lautan beserta serangganya, hewan buas hingga hewan ternaknya, langit dan bintang-bintangnya.."

لأَنَّ الْعِلْمَ حَيَاةُ الْقُلُوبِ مِنَ الْعَمَى ، وَنُورُ الأَبْصَارِ مِنَ الظُّلَمِ ، وَقُوَّةُ الأَبْدَانِ مِنَ الضَّعْفِ ، يَبْلُغُ بِالْعَبْدِ مَنَازِلَ الأَبْرَارِ ، وَمَجَالِسَ الْمُلُوكِ ، وَالدَّرَجَاتِ الْعُلَا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ ،
Karena ilmu itu kehidupan pada berbagai kalbu dari kebutaan, cahaya segala pandangan dari kegelapan, penguat badan dari kelemahan, seorang sahaya (naik kedudukan) pada berbagai kedudukan al Abrār (dalam riwayat lain al Ahrār, orang-orang merdeka - pen) dan majlis-majlis para raja, dan derajat-derajat luhur di dunia dan akhirat..

وَالْفِكْرَةُ فِيهِ تُعْدَلُ بِالصِّيَامِ ، وَمُدَارَسَتُهُ بِالْقِيَامِ ، وَبِهِ يُطَاعُ وَيُعْبَدُ ، وَبِهِ يُعْمَلُ وَيُحْفَدُ ، وَبِهِ يُتَوَرَّعُ وَيُؤْجَرُ ، وَبِهِ تُوصَلُ الأَرْحَامُ ، وَيُعْرَفُ الْحَلالُ مِنَ الْحَرَامِ ، إِمَامُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ ، قَالَ : تَابِعُهُ ، يُلْهَمُهُ السُّعَدَاءُ ، وَيُحْرَمُهُ الأَشْقِيَاءُ _ رواه أبو نعيم في حلية الأولياء
Berfikir tentangnya disejajarkan dengan shaum, mendarasnya sejajar dengan qiyāmullail, dengan ilmu ditaati dan diabdi, difungsikan dan dilayani, dengan ilmu dijadikan bersikap wara' dan diberi pahala (upah), dengan ilmu dihubungkan shilaturrahim, diketahui sesuatu yang halal dari yang haram, imam dalam beramal, dan amalnya, lalu ia berkata: mengikutinya, ia diilhami orang-orang bahagia dan dihalanginya dari orang-orang celaka."

Selain Imam Abu Nu'aim dalam Hilyatul Awliyā juga diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Barr, dan al Mundziri. Riwayat di atas yang tepat adalah mauqūf kepada Sayyidina Mu'adz bin Jabal dan bukan marfū'.

Riwayat lainnya:

"تعلموا العلم فإن تعلّمه لله خشية، وطلبه عبادة، ومدارسته تسبيح، والبحث عنه جهاد، وتعليمه لمن لا يعلمه صدقة، وبذله لأهله قربة، لأنه معالم الحلال والحرام، والأنيس في الوحشة، والصاحب في الخلوة، والدليل على السراء والضراء، والدين عند الأخلاق، والقرب عند الغرباء، يرفع الله به أقواماً فيجعلهم في الخلق قادة يقتدى بهم، وأئمة في الخلق يقتفي آثارهم، و ينتهى إلى رأيهم، وترغب الملائكة في حبّهم بأجنحتها تمسحهم، حتى كل رطب ويابس لهم مستغفِر، حتى الحيتان في البحر وهوام وسباع البر وأنعامه، والسماء ونجومها، ولأن العلم حياة القلوب من العمى، ونور الأبصار من الظلم، وقوة الأبدان من الضعف، يبلغ به العبد منازل الأحرار، ومجالسة الملوك، والدرجات العلا في الدنيا والآخرة، والفكر به يعدل بالصيام، ومدارسته بالقيام به يطاع الله عز وجل، ويعبد به الله جل وعلا، وبه توصل الأرحام وبه يعرف الحلال من الحرام، إمام العمل؛ والعمل تابع له، يُلْهَمُه السعداء ويُحْرَمُهُ الأشقياء" _ رواه ابن عبد البر في جامع العلم وفضله، وأورده المنذري في الترغيب والترهيب واستغرب رفعه ١/٧٤

Sahabatku, semua keutamaan itu berlaku kepada mereka yang mencari ilmu atau ahli ilmu yang memiliki niat yang baik.

Ada pun bila niat tidak baik, maka sebaliknya ilmunya akan melaknat pada dirinya. Seorang yang berilmu nan bermanfaat bukan ditandai dengan menguasai banyak 'ibaroh, banyaknya folowwer, atau pujian tapi yang jauh di dasar hatinya penuh keikhlasan.

Banyak manusia di zaman sekarang memiliki banyak kitab, memiliki segala sumber ilmu tetapi tidak mencapai kemuliaan dari ilmu itu berupa kemanfaatan, pengamalan, dan menebarkan ilmu demi kemaslahatan umat, tetapi hanya berupaya meraih sedikit harga dunia melalui ilmunya itu, kalau dalam bahasa Sunda "lain ngamalkeun dalil tapi ngadalilan amal.", bukan untuk mengamalkan dalil-dalil keilmuan tapi mencari-cari dalil untuk pembenaran suatu amal.

Teringat Syekh az Zarnuji dalam muqaddimah Ta'līm al Muta'allim:

وبعد...فلما رأيت كثيرا من طلاب العلم فى زماننا يجدون إلى العلم ولايصلون [ومن منافعه وثمراته ـ وهى العمل به والنشر ـ يحرمون] لما أنهم أخطأوا طريقه وتركوا شرائطه، وكل من أخطأ الطريق ضل، ولاينال المقصود قل أو جل،
"Kalau saya memperhatikan para pelajar (santri), sebenarnya mereka telah bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu, tapi banyak dari mereka tidak mendapat manfaat dari ilmunya, yakni berupa pengamalan dari ilmu tersebut dan menyebarkannya. Hal itu terjadi karena cara mereka menuntut ilmu salah, dan syarat-syaratnya mereka tinggalkan. karena, barangsiapa salah jalan, tentu tersesat tidak dapat mencapai tujuan."

Benar sekali bukan tidak bersungguh-sungguh belajar atau mengaji tetapi tidak memperoleh manfaat dan buahnya.

Yang menjadi indikatornya sedikit, yaitu kebencian tersembunyi dan syahwat khofi (ambisi tersembunyi).

Jika seseorang yang dia suka walaupun salah selalu dicari dalil pembenaran, dan bila datangnya dari seorang yang dia benci walaupun benar maka akan dicari-cari dalil untuk menyalahkannya.

Artinya terjatuhnya seseorang dari derajat keilmuan karena tidak memiliki akhlak dan adab, kata-kata yang kotor, dan merasa pandainya seseorang di kala dia pandai berhujjah seperti sedang debating atau diskusi. Bukan tidak boleh berhujjah tapi sampaikan dengan adab dan akhlak agar anda raih tujuan istifadah dan intifā'. Salah atau keliru adalah hal biasa tapi ketika kesalahan dan kekeliruan dicari-cari itulah yang jadi masalah.

Dan yang paling disayangkan adalah ketika seseorang secara intelektual sudah mumpuni tetapi karena didasari dengan suka atau tidak suka yang berlebihan akhirnya yang terlihat adalah kedunguan karena tidak biasa bersikap adil. Padahal telah diingatkan oleh Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam bahwa beramal itulah tanda seseorang mencapai kebajikan:

عن عمرو بن الحمق الخزاعي، أنه سمع النبي صلى الله عليه وسلم يقول: ((إذا أراد الله بعبْدٍ خيرًا استعمله))، قيل: وما استعمله؟ قال: ((يفتَح له عملًا صالحًا بين يَدَي مَوْته، حتى يرضَى عنه مَنْ حولَه))؛ [أخرجه الطبراني في المعجم الكبير، والإمام أحمد في مسنده].
"Jika Allah menghendaki seseorang menjadi baik, maka 'ista'malahu'," Rasulullah ditanya, "Apa maksud 'ista'malahu'?" Rasulullah menjawab, "Allah membukakan kepadanya amal shalih di hadapan (sebelum) kematiannya, sehingga orang yang ada disekitarnya meridlainya."

Dan dalam Hilyatul Awliyā:

(حديث مقطوع) أَخْبَرَنَا أَبُو عَبْدِ اللَّهِ الْحُسَيْنُ بْنُ جَعْفَرٍ السَّلَمَاسِيُّ ، قَالَ : أَنا أَحْمَدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ بْنِ شَاذَانَ ، نا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الْكَرِيمِ الْوَسَاوِسِيُّ ، ثنا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ خُبَيْقٍ ، قَالَ : سَمِعْتُ إِبْرَاهِيمَ الْبَكَّاءَ ، يَقُولُ : سَمِعْتُ مَعْرُوفَ بْنَ فَيْرُوزَ الْكَرْخِيَّ ، يَقُولُ : " إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا فَتْحَ لَهُ بَابَ الْعَمَلِ ، وَأَغْلَقَ عَنْهُ بَابَ الْجَدَلِ ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ شَرًّا فَتْحَ لَهُ بَابَ الْجَدَلِ ، وَأَغْلَقَ عَنْهُ بَابَ الْعَمَلِ " _ أبو نعيم
Berkata Imam Ma'ruf bin Fairuz al Karkhi, "Jika Allah menghendaki kebaikan kepada seorang hamba, maka ia bukakan pintu amal dan menutup baginya pintu debat. Dan jika Allah menghendaki keburukan kepadanya, maka Allah membukakan kepadanya pintu debat dan menutup kepadanya pintu amal."

Imam Ma'ruf al Karkhi seorang yang sangat shalih, dikabarkan beliau adalah murid Imam Ja'far ash Shadiq dan lama bergaul dengan Imam Ali al 'Uraidli, qaddasallāhu sirrahum.

Sahabatku, ilmu anda belum bermanfaat kalau tidak memiliki adab terhadap umat Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam dan seluruh manusia, terutama kepada para ahli ilmu.

Dan bila seabreg pengetahuan dan ilmu dan 'ibārāt yang anda miliki dan kuasai tetapi tidak dihiasi akhlak mulia, adab, serta sopan santun, maka ilmu yang anda miliki akan melaknat pada diri anda sendiri.. Na'ūdzu billāh tsumma na'ūdzu billāh.

Karena ketidakikhlasan dalam hal mencari ilmu dan keilmuan hanya menjadikan anda menjadi penduduk neraka..

Imam al Ghazali dalam Bidāyatul Hidāyah berkata:

اَمَّا بَعْدُ فَاعْلَمْ اَيُّهَا الْحَرِيْصُ الْمُقْبِلُ عَلَى اقْتِبَاسِ الْعِلْمِ الْمُظْهِرُ مِنْ نَفْسِهِ صِدْقَ الرَّغْبَةِ وَ فَرَطَ التَّعَطُّسِ اِلَيْهِ
"Adapun setelah basmalah, hamdalah, shalawat dan salam kepada baginda Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam, keluarga dan sahabat beliau, maka ketahuilah wahai orang yang sangat tertarik menuntut ilmu, yang menunjukkan dirinya benar-benar ingin dan sangat haus terhadap ilmu,

أَنَّكَ اِنْ كُنْتَ تَقْصِدُ بِطَلَبِ الْعِلْمِ الْمُنَافَسَةَ وَ الْمُبَاهَاتِ وَ التَّقَدُّمَ عَلَى الْأَقْرَانِ وَ اسْتِمَالَةَ وُجُوْهِ النَّاسِ اِلَيْكَ وَ جَمْعَ حِطَامِ الدُّنْيَا فَاَنْتَ سَاعٍ فِيْ هَدَمِ دِيْنِكَ وَ اِهْلَاكِ نَفْسِكَ وَ بَيْعِ اٰخِرَتِكَ بِدُنْيَاكَ
"Sungguh apabila dengan menuntut ilmu engkau bermaksud bersaing, membanggakan diri, mengungguli teman-teman, menarik perhatian manusia dan mengumpulkan harta benda dunia, maka engkau sedang bergerak meruntuhkan agamamu, membinasakan dirimu sendiri dan menjual akhiratmu dengan dibayar dunia,"

فَصَفَقَتُكَ خَاسِرَةٌ وَ تِجَارَتُكَ بَائِرَةٌ وَ مُعَلِّمُكَ مُعِيْنٌ لَك عَلٰى عِصْيَانِكَ وَ شَرِيْكٌ لَكَ فِيْ خُسْرَانِكَ وَ هُوَ كَبَائِعِ سَيْفٍ مِنْ قَاطِعِ طَرِيْقٍ كَمَا قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَنْ أَعَانَ عَلٰى مَعْصِيَةٍ وَ لَوْ بِشَطْرِ كَلِمَةٍ كَانَ شَرِيْكًا لَهُ فِيْهَا
".. maka transaksimu merugi, perdaganganmu bangkrut, pengajarmu adalah penolong kedurhakaanmu serta partnermu dalam kerugianmu sambil ia seperti orang yang menjual pedang kepada begal sebagaimana Baginda Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda “Siapapun yang menolong kedurhakaan walau dengan sepotong kalimat maka ia adalah partner baginya dalam kedurhakaan itu”

وَ اِنْ كَانَتْ نِيَّتُكَ وَ قَصْدُكَ بَيْنَكَ وَ بَيْنَ اللهِ تَعَالٰى مِنْ طَلَبِ الْعِلْمِ الْهِدَايَةَ دُوْنَ مُجَرَّدِ الرِوَايَةِ فَاَبْشِرْ فَاِنَّ الْمَلَائِكَةَ تَبْسُطُ لَكَ اَجْنِحَتَهَا اِذَا مَشَيْتَ وَ حِيْتَانَ الْبَحْرِ تَسْتَغْفِرُ لَكَ اِذَا سَعَيْتَ
"Dan bila niat dan maksudmu antara dirimu dan Allah dari menuntut ilmu adalah hidayah bukan sekedar meriwayatkan, maka berbahagialah sebab sungguh malaikat merentangkan sayap-sayapnya bagimu ketika kamu pergi (menuntut ilmu) dan ikan-ikan di lautan memohonkan ampun bagimu ketika kamu pergi (menuntut ilmu)."

Di atas Imam al Ghazali menyinggung contoh niat yang perlu dihindari :

√ Bersaing
√ Berbangga diri
√ Mengungguli yang lain
√ Menarik perhatian orang
√ Mengumpulkan harta benda dunia

Mereka yang menuntut ilmu dengan niat tersebut, akan dipandang sedang :

√ Menghancurkan agama
√ Membinasakan diri sendiri
√ Menjual akhirat dengan dibayar dunia

Dan untuk melengkapi bagian ini, mari renungkan hadits berikut:

مَنْ طَلَبَ الْعِلْمَ لِيُمَارِيَ بِهِ السُّفَهَاءَ أَوْ يُكَاثِرَ بِهِ الْعُلَمَاءَ أَوْ يُصَرِّفَ وُجُوْهَ النَّاسِ إِلَيْهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ _ رواه الترمذي
“Siapapun yang menuntut ilmu untuk berdebat dengan orang bodoh atau untuk bersaing dengan para ulama atau untuk menarik perhatian manusia, maka ia akan mendiami tempatnya di neraka”

Dan Hadits:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يَبْتَغِى بِهِ وَجْهَ اللهِ تَعَالٰى لَا يَتَعَلَّمُهُ إِلَّا لِيُصِيْبَ بِهِ عَرْضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ _ رواه أبو داود
“Siapapun yang belajar ilmu yang dengannya dicari ridha Allah Ta’ala, (tapi) ia tidak mempelajarinya melainkan karena ingin memperoleh harta benda dunia, maka ia tidak akan menemukan wangi surga pada hari kiamat” (HR Abu Dawud)

Khātimah:

1. Bila anda tidak menghiasi ilmu dengan amal dan akhlaq karīmah (adab-adab yang mulia), maka anda adalah manusia kurang ajar setinggi apapun gelar akademik anda

2. Tapi bila ilmu yang ada dihiasi dengan amal dan adab-adab yang mulia serta keikhlasan, percayalah kepada Sabda Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam dan dawuh para guru dan masyayikh

3. Semoga kita selalu diberi ilmu yang bermanfaat, seraya ikhlas dalam pencarian dan pengamalan, serta dapat menjaga semua adab-adabnya sehingga tidak ada umat Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam yang terusik haknya sehingga nanti anda dimarahi oleh beliau sehingga terusir dari posisi umatnya yang sebaik-baik umat. Dan semoga melalui ilmu dan amal yang ikhlas menjadi sebab memdapat ridla Allah Subhānahu wa Ta'ālā..

Aamiin..

وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
والحمد لله رب العالمين

#a2zakhoel_alMukhlashi

Pagi, 02 Januari 2019/ 25 Rabi'ul Akhir 1440 H
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Bijaklah Dalam Berkomentar!