Rabu, 02 Januari 2019

Catatan Ki Aas #4 MENYADARI KELEMAHAN SEBAGAI SEBUAH KEKUATAN


A
بسم الله الرحمن الرحيم

MENYADARI KELEMAHAN SEBAGAI SEBUAH KEKUATAN
Dalam sebuah pembicaraan via telpon dengan sahabat saya, ada kata-kata mengandung hikmah bahwa ketika keyakinan kepada Allah makin kuat maka apalah yang bisa diperbuat selain menitipkan segalanya kepadaNya.
Ditambah situasi yang sering menyadarkan atas kelemahan seperti ketika melihat cuaca ekstrem; hujan yang besar, angin yang besar, ombak yang besar, atau ketika melihat berita bencana sungguh manusia itu lemah, seandainya tidak diselamatkan oleh Allah maka melihat kuasa Allah melalui energi alam selain manusia sungguh tak ada jalan untuk melawannya, sering saya tonton saat bencana alam menerjang kemampuan manusia selain pasrah atau panik, minta tolong pun tak berguna dan yang hendak menolong pun tak ada kemampuan, dan akhirnya juga menyebut Nama Allah. Dan apabila dikehendaki tidak selamat, maka siapakah yang akan menyelamatkan? Maka antara menyelamatkan dan diselamatkan adalah atas kehendak Allah jua.

Sebuah renungan bagi diri saya khususnya tentang betapa pentingnya memahami kelemahan diri. Tetapi upaya tafwīdl (penyerahan total kepada Allah) atau dengan murādifnya semakna dengan tafwīdl, yakni "tawakkul", dan dalam bahasa kita diistilahkan dengan tawakkal, cukup sulit dilaksanakan

Tawakkul definisinya adalah:
عبارة عن اعتماد القلب على الوكيل الحق وحده... _ كفاية الأتقياء ومنهاج الأصفياء ص ٣٠
" Satu 'ibarat tentang menyandarkan kalbu kepada Allah al Wakīl al Haq saja.."
Mudah sekali mendefinisikan tapi sulit dalam realisasi, karena penyandaran diri sering dilakukan kepada selain Allah meskipun mengetahui seharusnya bersandar hanya kepada Allah.

Nah, agar mampu bertawakkal harus diawali dengan kesadaran atas kelemahan diri sebagai manusia.
Allah Subhānahu wa Ta'ālā berfirman:
يُرِيْدُ اللّٰهُ اَنْ يُّخَفِّفَ عَنْكُمْ ۚ وَخُلِقَ الْاِنْسَانُ ضَعِيْفًا
"Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, karena manusia diciptakan (bersifat) lemah." (Q.S. An-Nisa' [4]: 28)

Secara umum mufassir menyebutkan ayat ini menerangkan bahwa kondisi laki-laki itu lemah dan tidak mampu menahan kehendak terhadap lawan jenisnya, sehingga diberi keringanan untuk mentoleransi kelemahan itu dengan cara menikah.
Tetapi, sebagian mufassir menggambarkan lebih global tentang ayat di atas.

Imam al Baghawi menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:
( يريد الله أن يخفف عنكم ) يسهل عليكم في أحكام الشرع ، وقد سهل كما قال جل ذكره : " ويضع عنهم إصرهم " ( الأعراف - ١٥٧) وقال النبي صلى الله عليه وسلم : " بعثت بالحنيفية السمحة السهلة " ، ( وخلق الإنسان ضعيفا ) قال طاوس والكلبي وغيرهما في أمر النساء : لا يصبر عنهن ، وقال ابن كيسان : ( وخلق الإنسان ضعيفا ) يستميله هواه وشهوته ، وقال الحسن : هو أنه خلق من ماء مهين ، بيانه قوله تعالى : " الله الذي خلقكم من ضعف " ( الروم - ٥٤) _ تفسير البغوي
"(Allah hendak memberikan keringanan kepadamu) Allah memudahkan kepadamu dalam hukum-hukum syara'. Allah memberikan kemudahan sebagaimana dalam FirmanNya:
وَيَضَعُ عَنْهُمْ اِصْرَهُمْ
".. dan membebaskan beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.." (Q.S. al A'rāf, ayat 157) dan telah bersabda Nabi shallallāhu 'alaihi wa sallam:
بعثت بالحنيفية السمحة السهلة
"Aku di utus dengan ajaran Nabi Ibrahim, yang toleran lagi mudah."

(karena manusia diciptakan [bersifat] lemah), telah berkata Imam Thawus, al Kalbi dan lain-lain (ayat ini) tentang urusan perempuan, bahwa manusia (laki-laki) tidak sabar tentang mereka (perempuan). Berkata Ibnu Kisan, (karena manusia diciptakan [bersifat] lemah) , adalah bahwa manusia dipenuhi hawa nafsu dan syahwatnya. Dan al Hasan berkata bahwa maksudnya adalah bahwa manusia tercipta dari air yang hina (mani) sebagai penjelasan firman Allah:
الله الذي خلقكم من ضعف " ( الروم - ٥٤)
"Allah Yang menciptakanmu dari (bersifat) lemah." (TAFSIR AL BAGHAWI)
Mengenai hadits yang tertulis dalam tafsir, Imam Ibnu Hajar al 'Asqalani dalam Fathul Bārī ada penjelasan sebagai berikut:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : بعثت بالحنيفية السمحة, الحنيفية :أي ملة ابراهيمية, والحنيف المائل عن الباطل وسمي ابراهيم عليه السلام حنيفا لأنه مال عن عبادة الأوثان. السمحة: السهلة والملة السمحة هي الملة التي لا حرج فيها ولا تضييق علي الناس وهي الملة الاسلام ,جمع بين حنيفية و كونها سمحة فهي حنيفية في التوحيد سهلة في العمل. _ فتح الباري لابن حجر العسقلاني
“Al-Hanīfiyyah yaitu Millah Ibrahim, dan Hanif (lurus) yang menyimpang dari kebatilan dan dinamakan Ibrahim 'alaihissalām sebagai seorang yang Hanif kerana beliau tidak menyembah berhala. As-samhah, yaitu mudah dan jalan (agama) yang mudah. Maknanya jalan (agama) yang tiada kepayahan padanya dan tiada kesempitan pula kepada manusia untuk mengamalkannya dan itu adalah millah (agama) Islam, dihimpunkan di antara hanifiyah dan samhah karena lurus pada Tauhid dan mudah dalam hal pengamalan.”
Sahabatku, intinya manusia itu sangat lemah inilah yang diinformasikan Allah kepada kita, dan dengan hal itu Allah pun memberikan hukum yang jelas dan mudah. Akan tetapi manusia tidak menggunakan kemudahan itu, karena ada sisi yang salah yaitu tidak ada semangat mengatasi kelemahan itu.

Tetapi, di kala semua semangat dan ikhtiyar tak berguna, jalan terakhir adalah penyerahan total dan menitipkan segalanya kepada Allah.
Dalam rangkaian do'a pada susunan shalawat:
وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا دَائِمًا حَرَسْتُ نَفْسِيْ وَدِيْنِيْ وَاَهْلِيْ وَجَمَاعَتِيْ وَمَنْ حَضَرَنِيْ وَمَنْ غَابَ عَنِّيْ بِالْحَيِّ الْقَيُّوْمِ الَّذِي لاَ يَمُوْتُ ....
"Dan semoga rahmat Allah kepada pemimpin kita Muhammad, kepada keluarganya dan sahabatnya, dan semoga salam kesejahteraan dengan kesejahteraan yang langgeng, aku jaga diriku, agamaku, keluargaku, jama'ahku, orang yang hadir bersamaku, dan orang yang tidak ada bersamaku kepada al Hayy al Qayyūm (Yang Maha hidup lagi Maha berdiri dengan Zat sendirinya), Yang Dia tidak akan mati..."
Barangkali adanya gubahan kalimat do'a seperti itu adalah bentuk penyadaran akan kelemahan diri lantas menitipkan segalanya hanya kepada Allah.
Karena kepada siapa lagi harus dititipkan kecuali kepadaNya.
Subhānallāh....
Ya Allah, aku titipkan segalanya kepadaMu.
Aku titipkan diriku, jiwaragaku, tauhidku, imanku, islamku, ihsanku, hanya kepadaMu.
Aku titipkan semua orang yang aku cintai hanya kepadaMu.
Aku titipkan orang-orang yang membenciku hanya kepadaMu, kiranya mereka diberi keterbukaan hati sehingga mengerti bila aku benar dan mema'afkan bila aku salah
Ya Allah, aku titipkan hartaku, assetku, amalku, dunia dan akhiratku hanya kepadaMu.
Aku titipkan tanah tumpah darahku, negeriku, alamku, dan semua sekitarku baik tanahnya, airnya, anginnya, dan apinya hanya kepadaMu
Aku titipkan harap dan cemasku hanya kepadaMu
Aku titipkan segalanya hanya kepadaMu.
Karena aku memang makhlukMu yang sangat lemah..

لا حول ولا قوة إلا بالله العلي العظيم
"Tiada daya terlepas dari kemaksiatan dan tidak ada kekuatan melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Mahatinggi nan Mahaagung.." Aamiin
وصلى الله على خير خلقه سيدنا ومولانا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليما كثيرا
والحمد لله رب العالمين

#a2zakhoel_alMukhlashi
Garut, menjelang fajar 31 Desember 2018/22 Rabi'ul Akhir 1440 H
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Bijaklah Dalam Berkomentar!