Jumat, 08 Maret 2019

Catatan Ki Aas #16 SUDAH SEMPURNAKAH MARTABAT KEYAKINAN IMAN KITA?


A
بسم الله الرحمن الرحيم

SUDAH SEMPURNAKAH MARTABAT KEYAKINAN IMAN KITA?
(Bagian ke Dua) *)

Sebelum ke materi, selama ini kita terus melihat banyak polemik tentang banyak hal.

Sebenarnya kalau disikapi dengan persaudaraan akan menunjukkan bahwa khazanah umat Islam itu luas dan akan menggali semangat intelektual, semangat membaca, dan semangat literasi secara rasional, ilmiah, dan hujjah yang dapat dipertanggungjawabkan.

Tetapi saya selalu berdo'a semoga hati umat Islam dipertautkan dalam kasih sayang, dan tidak jatuh pada perpecahan.. Aamiin

Pada pembahasan sebelumnya dikatakan bahwa keyakinan itu memuat seluruh keimanan, dan artinya memuat seluruh agama.

Keyakinan adalah derajat tertinggi keimanan seseorang.

Iman memiliki pengertian secara bahasa dan istilah dijelaskan oleh Sayyid 'Ulamā Hijāz Syekh Nawawi al Bantani saat menjelaskan rukun Iman sebagai berikut :

... أي جميع ما وجب الإيمان به والبراهين الدالة على حقيقة الإيمان ستة لأن الإيمان الذي هو التصديق القلبي يتعلق بمعنى يتمسك بذلك فالإيمان لغة مطلق التصديق سواء كان بما جاء به النبي أو بغيره وشرعا التصديق بجميع ما جاء به النبي صلى الله عليه وسلم مما علم من الدين بالضرورة لا مطلقا ومعنى التصديق هو حديث النفس التابع للجزم سواء كان الجزم عن دليل ويشمى معرفة أو عن تقليد ومعنى حديث النفس أن تقول تلك النفس أي القلب رضيت بما جاء به النبي صلى الله عليه وسلم _ كاشفة السجا ص ٨ - ٩
".. Yakni, seluruh perkara yang diwajibkan mengimaninya dan bukti-bukti penjelasan yang menunjukkan kepada hakikat Iman ada enam karena iman yang merupakan membenarkannya hati berkorelasi dengan makna berpegang teguh terhadap hal itu (rukun iman yang enam). IMAN menurut bahasa adalah mutlaknya membenarkan baik terhadap sesuatu yang didatangkan oleh Nabi shallallāhu 'alaihi wa sallam atau (sesuatu yang datang dari) selain Beliau, sedangkan (Iman) menurut ISTILAH SYARA' adalah membenarkan atas seluruh apa yang telah disampaikan oleh Nabi shallallāhu 'alaihi wa sallam dari peekara yang diketahui dalam agama berdasar aqal dlaruri, bukan yang mutlaq. Makna TASHDĪQ (membenarkan) adalah ungkapan hati yang diikuti kejaziman (keyakinan 100 %), baik dengan dalil yang disebut makrifat atau dengan taqlid. Dan makna HADĪTS AN NAFS (ungkapan hati) adalah hati tersebut mengatakan, " Aku ridla atas apa yang didatangkan oleh Nabi shallallāhu 'alaihi wa sallam)."

Dalam penjelasan di atas ada istilah مما علم من الدين بالضرورة, atau diistilahkan lagi dengan معلوم من الدين بالضرورة، maksudnya adalah :

(معلوما من الدين) أي من أدلة الدين (بالضرورة) أي بالعلم الذي يشابه العلم الحاصل بالضرورة وهو الذي لا يحتاج في إثباته إلى دليل لأنه اشترك في معرفته العالم والعامي _ مرقاة صعود التصديق شرح سلم التوفيق
"(yang diketahui dari agama) maksudnya dari dalil-dalil agama, (dengan aqal dlaruri) yakni dengan ilmu yang menyerupai ilmu yang dihasilkan secara dlaruri, yaitu yang dalam penetapannya tidak membutuhkan keoada dalil, karena orang 'alim dan yang awan isytirāk (bersama keadaan) dalam mengetahuinya.."

Intinya, masalah tersebut diketahui secara pasti oleh orang 'alim dan awam sehingga tidak memerlukan dalil yang mesti dianalisis lagi secara lebih jauh dan mendalam.

Itulah pengertian iman dan makna tashdīq (membenarkan) dalam iman tersebut.

Dalam penjelasan selanjutnya seorang mukmin memiliki martabat yang berbeda dalam keimanan. Dan martabat keimanan garis besarnya adalah lima.

Perhatikan 'ibaroh berikut:

مراتب الإيمان خمسة: أولها, إيمان تقليد وهو الجزم بقول الغير من غير أن يعرف دليلاً وهو يصح إيمانه مع العصيان بتركه النظر أي الاستدلال إن كان قادراً على الدليل.
"Martabat keimanan itu ada lima:
PERTAMA, IMAN TAQLID, yaitu meyakini perkataan orang lain dari selain mengetahui dalil. Imannya sah, tetapi disertai kedurhakaan, karena dia meninggalkan memikirkan dalil, yaitu mencari dalil jika ia memang masih mampu untuk mendatangkan dalil."

ثانيها, إيمان علم وهو معرفة العقائد بأدلتها وهذا من علم اليقين وكلا القسمين صاحبهما محجوب عن ذات الله تعالى.
"KE DUA IMAN ILMU, yaitu mengetahui 'aqidah aqidah beserta dalil dalilnya, dan hal ini termasuk ilm al Yaqīn. dan pemilik kedua bagian itu (iman taqlid dan iman ilmu) terhijab dari Zat Allāh Ta'ālā".

ثالثها, إيمان عيان وهو معرفة الله بمراقبة القلب فلا يغيب ربه عن خاطره طرفة عين بل هيبته دائماً في قلبه كأنه يراه وهو مقام المراقبة ويسمى عين اليقين.
"KE TIGA IMAN 'IYĀN, yaitu makrifat kepada Allah dengan murāqabah hati, sehingga tidak hilang Tuhannya dari getaran kalbu walau hanya sekejap mata, bahkan rasa takut kepada Allah itu abadi selamanya di dalam hatinya, seolah-olah dia melihat Allah. Iman 'iyan itu maqam Murāqabah dan dinamakan 'ain al Yaqīn."

رابعها, إيمان حق وهو رؤية الله تعالى بقلبه وهو معنى قولهم العارف يرى ربه في كل شيء وهو مقام المشاهدة ويسمى حق اليقين وصاحبه محجوب عن الحوادث.
"KE EMPAT, IMAN HAQ, yaitu melihat Allah Ta'âlā dengan hatinya dan hal itu adalah makna dari perkataan para ulama, "orang 'Arif itu melihat Tuhannya pada tiap-tiap sesuatu ". Dan termasuk maqam Musyāhadah dan di sebut dengan Haqq al Yaqīn, dan yang befada pada maqam ini terhalang dari perkara-perkara baharu (makhluk).."

وخامسها, إيمان حقيقة وهو الفناء بالله والسكر بحبه فلا يشهد إلا إياه كمن غرق في بحر ولم ير له ساحلاً،
"KE LIMA, IMAN HAQĪQAH, yaitu fana' bersama Allah, dan mabuk cinta kepada Allah, maka Ia tidak menyaksikan kecuali kepada Allah bagaikan orang yang tenggelam dalam lautan sedangkan ia tidak melihat pantainya."

والواجب على الشخص أحد القسمين الأولين، وأما الثلاثة الأخر فعلوم ربانية يخص بها من يشاء من عباده. _ كاشفة السجا ص ٩
"Dan yang wajib atas seseorang adalah salah satu dari dua bagian yang awal, adapun tiga bagian yang lainnya maka termasuk ilmu-ilmu rabbāniyyah yang dikhususkan kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya."

Penjelasan di atas diungkap pula oleh Syekh Akbar Muhyiddīn Ibnu 'Arabi al Andalusi, dan beliau memberikan martabat ke enam:

الايمان في هذا المقام على خمسة أقسام إيمان تقليد وإيمان علم وإيمان عين وإيمان حق وإيمان حقيقة فالتقليد للعوام والعلم لأصحاب الدليل والعين لأهل المشاهدة والحق للعارفين والحقيقة للواقفين
".. Iman pada maqam ini terbagi kepada lima bagian:
- Iman taqlid
- Iman Ilmu
- Iman 'ain
- Iman Haq
- Iman Haqīqah
Taqlid bagi kaum 'awam, ilmu bagi pemilik dalil, 'ain bagi ahli musyāhadah, haqq bagi golongan 'arifin, dan haqīqah bari golongan wāqifīn...

وحقيقة الحقيقة وهو السادس للعلماء المرسلين أصلا ووراثة منع كشفها فلا سبيل إلى إيضاحها فكانت صفات الدعاوي إذا لقوا هؤلاء الخمسة قالوا آمنا فالقلب للعوام وسر القلب لأصحاب الدليل والروح لأهل المشاهدة وسر الروح للعارفين وسر السر للواقفين والسر الأعظم لأهل الغيرة _ الفتوحات المكية للشيخ الأكبر ابن عربي ج ١ ص ١١٧
"... Dan (martabat) haqīqah al haqīqah, bagi para ulama merupakan martabat ke enam, yaitu martabat para Rasul 'alaihimussalām secara asalnya, dan para pewaris (ulama) tertolak dari menyingkapnya, maka tidak ada jalan menjelaskannya.
Maka sifat-sifat pendakwa (kaum munafik) apabila bertemu dengan orang-orang dari kelima golongan di atas maka mereka akan berkata kami telah beriman.
MAKA " al Qalb" adalah bagi kaum awam, "Sirr al Qalb" bagi shāhib (yang menguasai) dalil, "ruh" bagi ahli musyāhadah, "sirr ar rūh" bagi golongan 'ārifīn, "sirr as sirr" bagi golongan "wāqifīn" dan "Sirr al A'dzam" bagi ahli ghairah.."

Nah intinya martabat keimanan kaum beriman itu berbeda-beda sesuai dengan keilmuan yang ma'rifah hingga mendapat limpahan Allah sehingga seseorang mencapai martabat Iman Haqīqah.

Apabila martabat keimanan dihubungkan dengan martabat keyakinan maka satu sama lain memiliki keterhubungan yang erat.

Karena memang tingkat keimanan berbanding lurus dengan tingkat keyakinan. Pada bagian pertama telah saya singgung pengertian yakin dan intinya adalah keimanan yang tidak bercampur dengan keraguan. Sehingga benarlah apa yang disampaikan Syaikh Thāifah, Imam Junaid al Baghdadi rahimahullāh tentang yakin:

سئل الجنيد عن اليقين فقال: "اليقين ارتفاع الشك" _ اللمع، أبو نصر السراج الطوسي ط. مكتبة الثقافة الدينية، القاهرة، ص: ١٠٣
"Yakin adalah menghilangkan keraguan "
 
Dan beliau ditanya pula tentang yakin, dan jawabannya adalah:

سئل الجنيد عن اليقين ما هو؟ فقال: "ترك ما ترى لما لا ترى" _ طبقات الشافعية الكبرى للإمام تاج الدين السبكي ٢ / ٢٧٠
"Meninggalkan sesuatu yang engkau lihat terhadap sesuatu yang tidak engkau lihat."

Itulah keyakinan dalam membangun keimanan, keyakinan terhadap hal-hal yang ghaib, keimanan terhadap hal-hal yang maknawi dan abstrak. Sehingga kita harus bisa meyakini sesuatu yang di luar materi yang inderawi.

Meyakini hal-hal seperti itu tidak mudah sehingga keyakinan harus selalu ditingkatkan agar mencapai martabat yang tinggi walaupun perolehannya adalah sebagai anugerah dari Allah. Karena dipandang dari segi hakikat bahwa keimanan adalah nikmatNya yang teragung yang diberikan kepada kita, maka sudah sewajarnya menjadikan keyakinan yang dimiliki mencapai kegemilangannya.

Tetapi sekali pagi, martabat keimanan dan keyakinan manusia itu berbeda-beda.

Pada dasarnya martabat keyakinan secara umum para Ulama memberikan tiga kategori:
√ Ilm al Yaqīn (علم اليقين)
√ 'Ain al Yaqīn (عين اليقين)
√ Haq al Yaqīn (حق اليقين)
Ketiga penjelasan sebenarnya sudah diungkap pada penjelasan tentang martabat iman yang lima di atas.
Dalam hal ini Imam Ibnu 'Arabi menambah satu martabat, yaitu Haqīqah al Yaqīn (حقيقة اليقين), dan ada yang menyebutnya Kamāl al Yaqīn (كمال اليقين).

Ke empat hal itu dalam kitab Daqāiq al Akhbār dan penjelasan Imam Ibnu 'Ajībah merupakan dahan-dahan dari Syajaratul Yaqīn (شجرة اليقين) yang tercipta sebagai tempat bagi Nur Baginda Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam, tapi bukan masalah ini yang dikupas karena jelas masuk pada maqam khilafiyyah dan bukan tujuan dari tulisan ini.

Seperti apakah tingkatan/martabat keyakinan itu? Menurut Syekh Akbar, Imam Ibnu 'Arabi qaddasallāhu sirrahu:

‏" واعلم ان لليقين : علما ، وعينا ، وحقا ، ولكل حق ، حقيقة ... وانما جعل له علما وعينا وحقا ، لأنه قد يكون يقينا ما ليس بعلم ولا عين ولا حق ، ويقطع به من حصل عنده . وهو صاحب يقين لا صاحب علم يقين .. " _ الفتوحات ٢ / ٢٠٤
"Ketahuilah, bahwasannya bagi keyakinan itu ada ilmu, 'ain, haq, dan bagi setiap haq ada hakikat. Dan tentunya telah jadi bagi keyakinan itu ilmu, 'ain, dan haq, karena terkadang ada sebuah keyakinan tanpa memiliki ilmu, 'ain, dan haq. Dan terputuslah karenanya siapa yang mendapatkan di sisinya, ia adalah pemilik keyakinan tapi bukan pemilik ilmu keyakinan."

Maksudnya, ia memiliki keyakinan tapi tidak berdasarkan ilmunya, dan akhirnya tidak meraih 'ain al yaqīn dan haq al yaqīn.

Demikian menurut Imam Ibnu 'Arabi seorang shufi yang mencapai derajat nihāyah al 'Ārifīn. Sementara menurut Imam al Qusyairi yang menjadi ikutan golongan al Bidāyah ia pun menyampaikan tentang yakin dan martabatnya:

هذه عبارات عن علوم جلية.
فاليقين: هو العلم الذى لا يتداخل صاحبه ريب على مطلق العرف.
ولا يطلق فى وصف الحق سبحانه؛ لعدم التوقيف
"Semua ini adalah ibarat dari ilmu-ilmu yang nyata. Yakin adalah mengetahui ilmu yang pemiliknya tidak akan dimasuki keraguan yang berdasar atas mutlaknya 'urf. Dan tidak disebutkan (keyakinan itu) dalam menshifati al Haq (Allah) Subhānahu, karena tidak adanya tauqīf (tidak ada nash yang menunjukkan hal itu, dan memang tidak layak disematkan kepadaNya - pen).

فعلم اليقين: هو اليقين،
وكذلك عين اليقين: نفس اليقين، وحق اليقين؛ نفس اليقين.
" Maka ilmu al yaqīn adalah yaqīn, dan seperti itu 'ain al yaqīn adalah substansi yakin, dan haq al yaqīn juga substansi yakin."

فعلم اليقين، على موجب اصطلاحهم ما كان بشرط البرهان وعين اليقين ما كان بحكم البيان وحق اليقين ما كان بنعت العيان
"Ilmu yaqin dalam pengertian istilah mereka (ahli tasawuf) adalah sesuatu yg adanya disertai dengan syarat bukti (argumentasi/dalil). Ainul Yaqin adalah sesuatu yang adanya dengan hukum bayan (penjelasan nyata), dan Haqqul Yakin adalah sesuatu yg adanya dengan sifat terang/musyāhadah."

فعلم اليقين لأرباب العقول وعين اليقين لأصحاب العلوم وحق اليقين لأصحاب المعارف _ الرسالة القشيرية ١ / ١٩٩
"Ilmu yaqin untuk pemilik akal, Ainul Yaqin untuk pemilik Ilmu dan Haqqul yaqin untuk pemilik ma’rifat."

Kata MAKRIFAT (MA'RIFAH), dalam ranah tashawwuf berbeda dengan ranah tauhid, apa yang diistilahkan ma'rifah dalam ilmu Tauhid adalah ketika mencapai maqam "ILMUL YAQĪN/IMAN ILMU" ketika seseorang sudah mampu meyakini seluruh keyakinan aqidahnya berdasarkan dalil-dalil, sedangkan dalam ranah Tashawwuf adalah ketika mencapai HAQQUL YAQIN, yaitu ketika seseorang telah mencapai tangga-tangga suluk dari syari'at ke thariqah, haqīqah, dan mencapai puncaknya MA'RIFAH.

Sedikit gambaran tentang martabat-martabat keyakinan akan saya sodorkan di sini, tapi bukan penjelasan detail, jika ingin detail lagi BERTANYALAH KEPADA MURSYID ANDA!..

PERTAMA, ILMUL YAQIN (علم اليقين)

Istilah ini berlaku kepada seseorang yang telah menguasai perihal keimanan bukan berdasar taqlid tetapi sanggup memberikan dalil - dalil atas apa yang ia yakini dalam keimanan.

Menurut Imam Ibnu 'Arabi:

‏"فإن قلت وما علم اليقين ، قلنا : ما اعطاه الدليل الذي لا يحتمل الشبه ‏الواردة من الخاطر .." _ الفتوحات ٢ / ١٣٢
"Jika anda bertanya, apakah yang dimaksud 'ilm al yaqīn?" Maka jawaban kami, "Apa yang diperoleh dari dalil yang tidak akan mengihtimalkan syubhat yang terwarid dari getaran jiwa."

Pada martabat keimanan disebut martabat Iman Ilmu yang wajib hukumnya bagi setiap mukallaf mencapai martabat ini.

Yang menjadi dasar tentang maryabat 'Ilm al Yaqīn adalah Firman Allah:

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِ ۗ
"Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti," (Q.S. at-Takātsur [102]: 5)

KE DUA ‘AINUL YAQIN (عين اليقين)

Menurut kaum shufi:

‏" لا تصح المعرفة بالله لاحد حتى يتعرف اليه ويعرفه بظهوره ، فيبصره من القلب عين اليقين بنور اليقين _ التراجم ص ٢٠
"Ma'rifah terhadap Allah Yang Mahaesa tidaklah sah sehingga ia berusaha mengetahui lalu mengetahuiNya terhadap penampakkan (tajalli)Nya. Lalu ia memandang Allah melalui qalbu secara 'ain al yaqīn dengan CAHAYA KEYAKINAN."

Jadi 'iyān dalam 'ain al yaqīn maknanya itu sangat halus, kita harus hati-hati memaknainya jangan sampai berpandangan bahwa maksud melihat Allah itu bersifat dzahir tetapi sebagai ungkapan majaz, seolah-olah dia melihatNya.

Sehingga maksud dari 'ainul yaqīn adalah keyakinan yang dialami oleh orang yang telah melewati tahap pertama, yaitu ilmu al yaqin, sehingga setiap kali dia melihat sesuatu kejadian, tanpa melalui proses sebab akibat lagi ia merasakan seolah melihatNya sehingga dia langsung meyakini tentang wujud Allah.

قال الصديق الأكبر (رضي الله عنه): «ما رأيت شيئا إلا ورأيت الله قبله أو بعده أو فيه»، كما نقل عنه ذلك ثقات هذه الطائفة، وهذا بظاهره حلول كما أن الأول بظاهره صفة وأمر اعتباري _ انظر: الفتوحات المكية ٢ / ١٧٧
" Telah berkata al Shiddīq al Akbar (S. Abu Bakar al Shiddīq) radliyallāhu 'anhu, 'Tidaklah aku melihat sesuatu kecuali aku telah melihat Allah sebelumnya, sesudahnya, atau padanya."

Peringkat 'ain al yaqīn adalah anugerah dari Allah sehingga dalam masalah ini tidak perlu berpanjang-panjang.

Dalil 'ainul Yaqīn:

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِ ۙ
"kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri," (Q.S. At-Takātsur [102]: 7)

Catatan: Terhadap penjelasan maqam melalui ayat ini, jangan dilihat dari segi tarjamah ayat karena jika melihat terjemah akan keliru juga memahaminya.

KE TIGA, HAQQUL YAQIN (ٌحق اليقين)

Terhadap martabat ke tiga ini, Imam Ibnu 'Arabi menjelaskan:

‏" فإن قلت : وما حق اليقين ؟
قلنا : ما حصل من العلم بالعلة ، ولكن بعد عين اليقين .
فإن قلت : وما عين اليقين ؟
قلت : ما اعطته المشاهدة والكشف ابتداء ، وبعد علم اليقين." _ الفتوحات ٢ / ١٣٢
"Jika anda bertanya, apa yang dimaksud Haq al Yaqīn?" Maka jawaban kami, "Apa yang dihasilkan dari Ilmu melalui sebuah 'illat tetapi datang setelah 'ain al yaqīn." Maka jika anda bertanya, "Apakah 'ain al yaqīn itu?", maka jawaban kami, "Sesuatu yang diperoleh dengan musyāhadah dan permulaannya dengan Kasyf (ketersingkapan hijab), dan setelah 'ilm al yaqīn."

Atau dalam kalimat yang lebih simple:

‏" علم اليقين : ما اعطاه الدليل .
عين اليقين : ما اعطاه المشاهدة
حق اليقين : ما حصل من العلم بما اريد له ذلك المشهود" ( الاصطلاحات ٢٨٩ ‏)
" 'Ilm al Yaqīn apa yang diperoleh dengan dalil, 'Ain al Yaqīn apa yang diperoleh dengan musyāhadah, dan Haq al Yaqīn apa yang diperoleh dari ilmu sesuai dengan yang dikehendaki oleh yang disaksikannya."

Selanjutnya dalam pandangan Imam Ibnu 'Arabi:

‏"فمن عرف نفسه عرف ربه ، كذلك من شهد نفسه شهه ربه ، فانتقل من يقين علم الى يقين عين . فإذا رد الى ضريحه رد الى : يقين حق ، من يقين عين ، لا الى يقين علم ..." _ الفتوحات ٣ / ٣٩٠
"Barang siapa mengenal dirinya maka ia mengenal Rabbnya, seperti itu pula barangsiapa menyaksikan dirinya maka ia menyaksikan Rabbnya, MAKA ia berpindah dari keyakinan ilmu keoada keyakinan 'ain. Lalu jika dia kembali ke pusaranya maka ia dikembalikan kepada keyakinan yang haq dari keyakinan 'ain, bukan kepada keyakinan ilmu.."

Adapun menurut Imam Junaid al Baghdadi yang dikutip oleh Imam Syuhrawardi yang merupakan guru dari Imam Ibnu 'Arabi dan murid bagi Sayyid Syekh Maulānā Muhyiddīn Abdul Qādir al Jailani qaddasallāhu sirrahum:

قال الجنيد: "حق اليقين ما يتحقق العبد بذلك، وهو أن يشاهد الغيوب كما يشاهد المرئيات مشاهدة عيان، ويحكم على الغيب فيخبر عنه بالصدق، كما أخبر الصدّيق حين قال لما قال له رسول الله صلى الله عليه وسلم: ماذا أبقيت لعيالك؟ قال: الله ورسوله" _ عوارف المعارف، للإمام السّهروردي عمر بن محمد ط. مكتبة الثقافة الدينية، القاهرة، ٢ / ٥٩٠
"Haqqul Yaqīn adalah sesuatu yang telah menjadi pembuktian kebenaran seorang hamba, yaitu ia bermusyahadah atas keghaiban sebagaimana ia bermusyahadah atas penglihatan-penglihatan dengan musyahadah 'iyān (qalbu, bashirah), lalu ia menghukumi keghaiban dan mengkhabarkannya dengan jujur/benar. Sebagaimana S. Abu Bakar al Shiddīq mengkhabarkan ketika ia berkata atas apa yang ditanyakan Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam kepadanya, "Apa yang kamu sisakan bagi keluargamu?" Maka S. Abu Bakar menjawab, "ALLAH DAN RASUL-NYA."

Sahabatku secara umum penjelasan makna Haqqul Yaqīn bisa dimaksudkan keyakinan yang dimiliki oleh orang yang telah menyadari bahwa alam semesta ini pada hakekatnya adalah bayangan dari Penciptanya, sehingga dia dapat merasakan wujud yang sejati itu hanyalah al Haq, yaitu Allah Subhānahu wa Ta'ālā sedangkan yang lainnya hanyalah bukti dari wujud yang sejati tersebut.

Dan semua kebenaran itu akan benar-benar yakin dialami seseorang saat dirinya kembali ke pusaranya, saat maut menjemput...

Dalil Haqqul Yaqīn:

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ حَقُّ الْيَـقِيْنِ ۚ
"Sungguh, inilah keyakinan yang benar." (Q.S. Al-Waqi'ah [56]: 95)

KE EMPAT, HAQĪQAH AL YAQĪN

Dalam menjelaskan bagian ini, kita perlu memahami dulu makna musyāhadah.

Setelah itu kita akan memahami di mana letak hakikat ini dalam martabat keyakinan.

‏المشاهدة عند الطائفة : رؤية الاشياء بدلائل التوحيد ، ورؤيته ( تعالى ) في ‏الاشياء
"Musyāhadah menurut golongan shufu adalah melihat segala sesuatu dengan dalil-dalil tauhid, dan melihat (cerminan) Allah Ta'ālā pada segala sesuatu."

وحقيقتها : اليقين من غير شك ... كما يفعل المكاشف اذا شاهد نفسه في كل طبقة من طباق الافلاك ، لآن له في كل فلك صورة ، تدبر تلك الصور روح واحدة ، وهي روح زيد ‏مثلا . وهذا شهود حق في خلق
"Hakikatnya adalah keyakinan tanpa keraguan, seperti yang dilakukan oleh seorang yang kasyf jika ia menyaksikan dirinya dalam segala lapisan alam semesta maka tentu datang kepadanya pada setiap falak ada rupa, lalu ia bertadabbur rupa-rupa tersebut sebagai ruh yang satu, misalnya ruh Zaid. Inilah yang disebut Syuhūd Haq dalam Khalq.."

قالت الطائفة في المشاهدة انها تطلق بإزاء ثلاثة معان :
‏ ١ - مشاهدة الخلق في الحق : وهي رؤية الاشياء بدلائل التوحيد كما قدمناه
"Thāifah Shufi berkata tentang musyāhadah dihadapkan pada tiga makna:
Pertama, Musyāhadah al Khalq pada al Haq, yaitu melihat segala sesuatu dengan dalil tauhid sebagaimana terdahulu dibahas.."

ومنها :
٢ - مشاهدة الحق في الخلق : وهي رؤية الحق في الاشياء
"Ke dua, musyāhadah al Haq pada al Khalq, yaitu memandang al Haq pada segala sesuatu."

٣ ‏- مشاهدة الحق بلا خلق : وهي حقيقة اليقين ... ، "
"Ke tiga, musyāhadah al Haq tanpa khalq, dan inilah HAQĪQAH AL YAQĪN."

"علم اليقين : معرفة الله بك اذ انت عين الدليل عليه ، وهو اثبات ذات غير مكيفة ولا معلومة الماهية ، محكوم عليها بالألوهية سلطانا وحجة لا ريب فيه
" Ilm al Yaqīn merupakan ma'rifat kepada Allah dengan sebab kamu karena kamu adalah menjadi essensi dalil kepadaNya. Dan ia menetapkan Zat tanpa memberi batasan bagaimana dan tanpa informasi substansial, Zat itu ditetapkan dengan sifat Ketuhanan dengan kekuatan dan hujjah yang tiada keraguan padanya."

عين اليقين : مشاهده هذه الذات بعينها لا بعينك ، فناء كليا لا يعقل معها نسبه ألوهية إثباتا أو نفيا ...
" Ain al Yaqīn adalah musyāhadah terhadap Zat ini dengan 'ainNya bukan dengan 'ainmu, sepenuhnya menjadi fana yang tidak ternalar besertanya menisbahkan ketuhanan, baik menetapkan atau tidak menetapkan.."

حق اليقين : نسبة الالوهية لهذه الذات بعد المشاهدة لا قبلها ....
"Haq al Yaqīn adalah nisbah ketuhanan kepada Zat ini setelah musyāhadah bukan sebelumnya..."

وهنا سكت المحققون ، ويعد هذا حقيقة اليقين.
ظهور الانفعالات عن العبد الكلي ، مح غيبته عنها ، فيه به ، غيبا كليا وفناء محققا ، وهذه غاية المراتب _ المسائل ٣٥
"Dan di sini para muhaqqiq diam, dan setelah ini (haq al yaqīn)/adalah Haqīqah al Yaqīn.
Munculnya berbagai Kejiwaaan (Emosional) secara menyeluruh, ia melebur keghaiban, padanya, dengannya, dengan keghaiban yang menyeluruh dan fana' yang sebenarnya, inilah ujung berbagai martabat.."

Masalah bagian ke empat ini masih memerlukan pendalaman.

Sahabatku, 'Ilm al Yaqīn, 'ainul yaqīn dan haq al yaqīn terwarid dalam al Qur'an, sedangkan Haqīqah al Yaqīn terwarid dalam hadits berikut:

قال عليه الصلاة والسلام فما حقيقه ايمانك، لكل حق حقيقة _ الحديث
Telah bersabda Nabi 'alaihi as shalātu was salaam, "Apakah hakikat keimananmu? Bagi setiap haq ada haqiqah .."

اللهم اجعلنا من المؤمنين الموقنين بكل ما جاء به نبيك محمد صلى الله عليه وسلم _آمين
Sahabatku, kita tak usah muluk-muluk dan terlalu tinggi khayalan ingin mencapai martabat terakhir, MARI KITA EVALUASI SATU HAL, TENTANG 'ILM AL YAQĪN, sejauhmana memahami fan Tauhid dengan aqāid al Īmān yang memang wajib diketahui oleh semua muslim beserta dalilnya? Sudahkah benar-benar memahami tanpa syubhat? Nah, keberhasilan mencapai martabat keyakinan berikutnya ditentukan oleh yang satu ini.. Maka PELAJARILAH dan DALAMILAH ilmu Tauhid sampai derajat ma'rifat tidak taqlid.

Tlah berkata Imam Abul Hasan al Warrāq an Naisabūrī::

اليقين ثمرة التوحيد فمن صفا فى التوحيد صفا له اليقين _ طبقات الصوفية
"Keyakinan adalah buah Tauhid, maka barang siapa telah bersih dalam bertauhid maka telah bersih keyakinan baginya."

Dan berkata Imam Junaid qaddasallāhu sirrahu:

وقال الجنيد: "من لم يصل علمه باليقين، ويقينه بالخوف، وخوفه بالعمل، وعمله بالإخلاص، وإخلاصه بالمجاهدة، فهو من الهالكين" الكواكب الدرية في تراجم السادة الصوفيةللإمام زين الدين محمد عبد الرؤوف المناوي، ط دار الكتب العلمية، بيروت، ١ / ٤٥٩
"Barangsiapa yang ilmunya tidak sampai kepada keyakinan; keyakinannya tidak sampai kepada rasa takut kepada Allah; rasa takutnya kepada Allah tidak sampai terhadap amal perbuatan; amal perbuatannya tidak sampai kepada ikhlas, dan ikhlasnya tidak sampai kepada mujāhadah.. MAKA IA TERMASUK ORANG YANG BINASA.."

Dan sungguh indah apa yang disampaikan oleh al 'Ārif bilLāh, Imam Ahmad bin Muhammad bin 'Ajībah al Hasanī dalam kitabnya:

وقال أحمد بن عاصم الأنطاكي رحمه الله: اليقين نور يجعله الله في قلب العبد حتى يشاهد به أمور آخرته ويخرق به كل حجاب بينه وبينها حتى يطالع الآخرة كالمشاهد لها ا.ه‍ (قلت) فإذا تكامل إشراق نور الإيقان غطى وجود الأكوان ووقع العيان على فقد الأعيان ولم يبق إلا نور الملك الديان ... _ إيقاظ الهمم في شرح الحكم ط. دار الفكر ج ٢ ص ١٩٩
"Syekh Ahmad bin 'Āshim al Anthaki rahimahullāh berkata, 'KEYAKINAN adalah cahaya yang dijadikan oleh Allah pada qalbu seorang hamba sehingga ia menyaksikan dengannya semua perkara akhirat, dengannya runtuh segala hijab yang ada di antara keduanya sehingga dapat memuthala'ah akhirat seakan ia menyaksikannya secara langsung,', (Saya berkata) MAKA JIKA TELAH SEMPURNA UTUH TERBITNYA CAHAYA KEYAKINAN MAKA TERTUTUP SELURUH EKSISTENSI, dan sampailah pandangan di atas ketiadaan segala pandangan, DAN TIDAK ADA YANG TERSISA KECUALI CAHAYA (ALLAH) AL MALIK AD DAYYĀN."

Subhanallah, ternyata di kala usiaku sudah seperti ini ternyata belumlah sampai keyakinan ini pada martabat mana pun, martabat keyakinan dalam ilmu dan ilmu dalam keyakinan pun masih jauh dari sempurna..

😥

*) DARI BERBAGAI SUMBER

Link relevan:

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=10212442776087217&id=1315969268

Semoga bermanfa'at..,

خذ ما صفا و دع ما كدر

"Ambillah yang baiknya, buanglah yang buruknya."
==== انتهى ====

اللهم لك الحمد ولك الشكر
اللهم اجعلنا من الموقنين بك، وبرسولك محمد صلى الله عليه وسلم، و اجعلنا من المصدقين بما جاء به رسولك صلى الله عليه وسلم من العقائد والأحكام،
اللهم إنا نسألك إيمانا دائما ، ونسألك قلبا خاشعا ، ونسألك علما نافعا ، ونسألك يقينا صادقا ، ونسألك دينا قيما ، ونسألك العافية من كل بلية ، ونسألك تمام العافية ، ونسألك دوام العافية ، ونسألك الشكر على العافية ، ونسألك الغنى عن الناس
وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والحمد لله رب العالمين _ آمين يا رب العالمين

#a2zakhoel_alMukhlashi

Garut, Dini hari, 07 Maret 2019/30 Jumādā ats Tsåniyah 1440 H
====
MENYAMBUT BULAN RAJAB, insyā Allah hari Jum'at, 08 Maret 2019 adalah tanggal 01 Rajab 1440 H...
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Bijaklah Dalam Berkomentar!