Kamis, 21 Desember 2017

Cinta Yang Semu

Cinta Yang Semu

Duduk di hadapan laptop Aku termenung dengan kepala menuduk, Belum sempat selesai masalah satu, datang masalah lagi. Malam semakin gelap dan dingin semakin mencekam, “Kak cepat tidur ! sudah malam loo ?” tanya ibu. 

“Iya bu !” jawabku.

“Apa sudah selesai belajarnya ? tanya ibu lagi.

“Iya bu, bentar lagi !”

“Ibu tidur dulu ya.” 
 
 “Iya bu !”

Aku pun segera mengambil air wudlu, lalu sholat isya, lalu tidur.

Suara kokok ayam jago membangunkanku, aku pun segera mengambil handuk lalu pergi mandi. Jam dinding menunjukkan pukul 06.00 WIB, akupun bergegas berangkat ke sekolah.

“Aku berangkat, Assalamua’alaikum !” kataku

“Wa’alaikum salam.” jawab Orang tuaku.

“Hati-hati di jalan !” tambah ayah

Ku starter motorku lalu pergi ke sekolah, sampai di sekolah aku bergegas masuk ke kelas dan mengeluarkan BKS Kimia, ”Aduh.. aku belum selesai kimia.”gumanku.

“Assalamu’alaikum.” 

“Wa’alaikum salam.” jawabku.

Wajah cantik dan senyum Mega terpancar dari wajahnya, hatiku mulai bingung menatapnya.

“Lagi ngerjain apa ?”

“Kimia, kamu sudah ngerjain belum ?”

“belum nih, nanti aja deehh...” sahut Mega.

“Ou gitu yaa??”

“Ya gitulah....” katanya.

Mega lalu keluar kelas dan duduk di teras, aku menutup buku dan langsung menemuinya diteras. Memang aku suka kepada Mega pada pandangan pertama.

“Hai, gi ngapain ?” tanyaku.

“Gak lagi ngapai-ngapain kok.”

“Ou...”

“Lah kamu ngapain ?”

“Kan sudah liat, aku kan lagi duduk dekat kamu.”

“Iya cee...”

“Tet..... tet....... tet..........” bel berbunyi, semua siswa berbaris didepan kelas termasuk aku dan mega. Kami semua bersalaman kepada Pak guru. Kami duduk dibangku masing-masing. 

“Hay Vin, aku mau nanya ?” kataku kepada Vina.

“Nanti aja, pak guru lagi Merangin pelajaran.” sahutnya.

“Ya udah...”

Aku duduk seperti biasa, mataku tidak melihat ke arah pak guru menerangkan, tetapi melihat ke arah Mega. Aku selalu berharap agar dia mau menerima kejutan dariku nanti.

“Heeee....” bentak Yoyok.

“Kaget tau..” sahutku.

“Kamu gak memperhatikan pak guru, malah memperhatikan Mega.”

“Kan setiap hari gitu kan..” jawabku.

“Ya gak papa cee, langsung tembak dia !”

“Nanti pulang sekolah aku akan nembak dia.”

“Ku dukung dirimu.” jawab Yoyok.

“Teet... teet...” bel berbunyi tanda berganti jam pelajaran, kudekati Mega.

“Hai, lagi ngapain” sapaku.

“Lagi ambil buku, kan sekarang waktunya ekonomi, pelajaran kesukaanku.” Jawabnya.

“Heem iya cee, kamu gak ngerjain kimia apa ?” tanyaku.

“Nanti istirahat.”

Bu guru datang, aku segera kembali ke tempat duduk.

“Selamat pagi anak-anak.”

“Selamat pagi bu.....”

Lagi-lagi aku masih melirik Mega meskipun Bu guru menerangkan pelajaran. Dalam hatiku aku hanya berpikir, apakah dia mau menerimanya. “Teet.....teet....teet....” bel istirahat berbunyi, Mega langsung bergegas meminjam bks kimia Nina, dia langsung mengerjakannya. Aku pun mendekatinya.

“Hai Mega, lagi ngerjain kimia ya ?” kataku.

“Iya... ada apa ?” jawabnya.

“Gak ada apa-apa ?” kataku.

“Oh...”

“Kubantu ngerjain kimia ya ?” 

“Nggak usah kok !”

“Kalo gitu ku temenin ya ?”

“Terserah kamu dech..”

Akhirnya Mega mau di temanin, belum lima menit aku menemani Mega, ternyata anak-anak mengajakku ke kantin. Aku pun minta izin ke Mega.

“Aku tinggal dulu ke kantin ya !” kataku

“Ya silahkan.” jawab Mega.

Aku pun bersama teman-teman pergi ke kantin. “Teet...teet...teet...” Bel masuk berbunyi tepat jam 10.30 WIB, pelajaran kimia pun dimulai. 

“Selamat pagi.” salam bu guru.

“Selamat pagi.” jawab anak-anak.

Tetap seperti tadi, aku masih memikirkan Mega. Tidak kusadari saat ku memikirkan Mega, aku ditunjuk ke depan untuk mengerjakan PR Kimia. “Kamu maju, kerjakan no selanjutnya !” perintah bu guru. “oh, iya bu.” jawabku.

Setelah selesai mengerjakan didepan, aku langsung duduk di kursiku. “Bresss.... breess... bresss....” tiba-tiba suara hujan mengguyur bumi. 

“Enaknya hujan-hujan gini ngapain ya ?” tanya Boby.

“Ya minum kopi sambilan makan camilan.” sahutku.

“Ya kalo aku mendingan mepet cewek, heheheh.” canda Yoyok.

Kami bercanda hingga pelajaran kimia selesai. Tepat pukul 12.00 WIB, bel berbunyi. “Sekarang waktunya Seni Budaya, ngegambar yook !” kataku.

“Aku tugas belum selesai yang lalu.” sahut Yoyok.

”Aku juga belum ech !” tambah Taufik.

Belum sempat selesai bicara, tiba-tiba Bu Guru datang.

“Selamat siang anak-anak.” salam Bu Guru.

“ Selamat siang Bu.” jawab anak-anak.

“Hujan-hujan gini, saya akan memberikan tugas kepada kalian, apa kalian sudah membawa peralatan yang saya sebutkan kemarin ?”

“Bawa bu.”

Bu Guru menerangkan Teknik Menempel Kertas, aku memperhatikan dengan cermat, meskipun pandanganku juga ke Mega.

“Sudah bisa anak-anak ?” Tanya Bu Guru.

“ Sudah bu !” jawab anak-anak.

Aku mengerjakan tugasku sendiri, begitulah dengan teman-teman yang lain. Tidak semuanya mengerjakan tugas, ada yang main laptop ada yang menggambar, dan ada juga yang tidur. Tidak aku sadari saat aku mengerjakan tugas, aku dikagetkan oleh Dewi.

“Hey kamu !” 

“Aduh kaget aku.”

“Gimana, kamu nanti jadi nembak dia ?”

“Jadi dong, tidak peduli dia nerima atau nggak.”

“Oh gitu, Aku bantu ya !”

“Oke kalo begitu.

“Ayo ngerjain tugas lagi !”

“Ayo !”

Tidak lama kemudian bel pulang sekolah berbunyi, tetapi hujan belum reda, akhirnya teman-teman menunggu hujan reda.

“Wah masih hujan, nanti aja pulangnya.” guman teman-teman.

Lima belas menit kemudian hujan mulai reda banyak anak-anak yang sudah pulang. Aku pun disuruh Dewi untuk segera menembak Mega. Aku dan Dewi mendekati Mega yang sedang duduk.

“Mega, aku ingin ngomong sesuatu nih !” kataku.

“Ngomong apa ?” tanya Mega.

“Maukah kau menjadi pacarku ?” kataku sambil memerikan cokelat yang sudah kupersiapkan.

“Gimana ya ?” kata Mega bingung.

“Jawablah !” paksa Dewi.

“Aku tidak bisa menerimamu. Aku akan menerima pemberianmu, tapi aku tidak bisa menerima cintamu.”

“Oh gitu.”

“Maaf ya.”

Akhirnya Mega menerima coklatnya, lalu pulang dengan gerimis yang masih turun. Aku lalu membereskan buku-buku dimeja lalu pergi pulang dengan hati yang luka. Sesampainya dirumah aku langsung tidur, dan tidak mau memikirkan apa-apa.

Senin kemudian, diwaktu masuk kelas aku dan Mega tidak berbicara satu sama lain. Dihatiku yang paling dalam berkata, “Aku gak mau lagi tersakiti oleh cinta.”

Mulai dari itu aku berpikir untuk mencari cinta yang halal, tanpa ada bohong.


Karya : Mochammad Suffi Bayu Kurniawan
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Bijaklah Dalam Berkomentar!