Namaku adalah Arista Jazzy Victoria. Aku mempunyai suatu pengalaman dalam hal asmara yaitu “Kenangan Indah Bersama Dia”. Peristiwa ini tidak akan pernah aku lupakan. Sudah dua tahun berlalu, tapi masih terekam jelas di otakku. Kejadian itu, tiap detik, tiap menit, tiap jam, masih kuingat dengan jelas. Saat itu aku masih kelas 1 SMA, aku tinggal di Jombang bersama Budheku, dan berkenalan dengan seorang anak kelas 2, yang kata teman-temanku keren, namanya adalah Firly Jaxon Whibley. Waktu kucoba berkenalan ternyata anaknya ramah juga...
Tanpa terasa, hubunganku dengannya semakin dekat. Pertengahan semester II, dia menyatakan perasa’annya kepadaku. Akupun mengiyakan... Hingga kenaikan kelas hubungan kami baik-baik saja. Meski, saat itu aku malah kebanyakan pikiran. Tak ingin stress dengan pikiran-pikiran itu, kuputuskan untuk mencoba hal baru, yakni Basket Suatu minggu, ada acara di sekolah yang harus diikuti para murid. Saat itu Jaxon mengajakku bicara. Sudah lama kami tidak bicara. Jadi, banyak sekali yang kami ceritakan. Saat itu dia malah bercerita bahwa dia mau ke Surabaya, dia mau Kuliah disana. Saat itu pula aku hanya terdiam tanpa bicara. Meskipun sejujurnya, dalam hati ada rasa kecewa besar yang menyelimuti. Kemudian aku menanyakan kelanjutan hubungan kami. Dia diam. Lalu, aku bertanya,
“..Apa kita jadi teman saja..???...”, walau sekali lagi dalam hati, aku sangat menyesal telah mengatakannya. Itu hal terbodoh yang sudah kulakukan. Tapi, aku memang tak ingin lari dari masalah. Aku butuh kepastian, bukanlah harapan. Sebab aku tahu dia akan tinggal lama disana.
Dia bergumam, “…Teman, ya…??..”
“..Hmm, kalau menurut kamu itu baik, aku nggak apa-apa...”
Aku kaget dan kecewa dengan jawaban itu. Aku menyerah, padahal sesungguhnya aku ingin dia bilang “..Jangan!!!..”, tapi sepertinya sulit itu, tidak mungkin. Dia toh tampak biasa saja. Saat mengatakan itu, sama sekali tidak ada raut tidak rela ataupun sedih.
“…Kita masih bisa berkomunikasi ‘kan..?? Kamu masih akan main ke rumahku ‘kan..??..”.
Aku sengaja bertanya walaupun aku tahu bahwa komunikasi itu tak mungkin bisa terus berjalan terus.
“..Ya tentu saja..”, jawabannya sambil meninggalkan senyum terakhir yang sangat kusukai.
“..Kalau begitu, hubungan kita berakhir sebulan lagi..Kamu berusaha , ya..??..”, ucapku memberi semangat. Tapi dalam dadaku rasanya sakit sekali dan ingin menjerit. Aku ingin menghalanginya pergi.
“..Ya, makasih..!!!”, katanya.
Tanpa terasa, sebulan sudah berlalu dan aku mengantarnya pergi ke stasiun.
“..Hati-hati disana, ya..??.Kasih kabar kalau sudah sampai, Daahh..!!!”. Kereta api berjalan lambat, menggoreskan luka yang dalam di hatiku. Untuk yang terakhir kalinya, dia memberikan senyuman kepadaku, membuatku mengingat masa bersama dulu. Kereta sudah berangkat. Dia melambaikan tangan kepadaku. Aku keluar dari stasiun. Aku berusaha tidak mengeluarkan air mataku yang sudah menggenang. Saat aku berjalan, di depanku berdiri seorang laki-laki. Aku menengadah, terlihat sosok jangkung (tinggi) itu. Dia pemain inti basketku, yaitu Henry Stewart Radcliffe.
“..Kamu koq disini..???”, tanyaku heran.
“..Kamu habis ngantar pacar kamu, ya..???”, Dia malah balik bertanya, tidak menjawab pertanyaanku.
“..Koq nggak nangis..??”, tanyanya.
“..Nangisnya sekarang..!!!”, kataku.
“..Kamu aneh, kalau nangis, kenapa enggak di depannya..???”, tanyanya lagi.
“..Aku nggak mau kelihatan sedih di depannya..!!!”, jawabku.
“..Tapi memang sedih, kan..???”, desaknya memperburuk keadaan. Aku menjawabnya dengan anggukan kepala.
“..Tapi sebenarnya, hatiku masih terlambat padanya..”, kataku sedikit curhat kepadanya.
“..Koq gitue..?? Enggak bisa buat aku, ya..???”. Aku mendongak, agak mendelik dengan ucapannya. Tapi aku berusaha sok tenang.
“..Enak saja..!!!”, jawabku sok jual mahal.
“..Ya sudah, kalau enggak bisa... berarti aku harus nunggu kamu..??!”, katanya enteng.
“..Bodohhh.. makan niechhh..!!!!”, aku tendang kakinya dan ia pun bersungut-sungut.
Cerpen dari sahabat Fitria N. Arianti
0 Comments:
Posting Komentar
Bijaklah Dalam Berkomentar!