Rabu, 02 Januari 2019

Catatan Ki Aas #11 TAFAKKUR DAN SHALAWAT

https://www.pexels.com/photo/analysis-blackboard-board-bubble-355952/

Bismillaah,,

TAFAKKUR DAN SHALAWAT

Sebagai manusia kita sering tidak menyadari betapa Allah telah meninggikan derajat kita baik dari segi jasmani maupun rohani.
Banyak manusia yang seolah kecewa mengapa jadi manusia, tak segan mengakhiri hidupnya dengan kekonyolan atau menjalani hidup dengan keluhan dan keputusasaan sehingga hidupnya penuh dengan kesemberawutan, tidak jelas tujuan, atau semaunya saja, dalam kata lain hidup segan mati pun ogah. Dan tak jarang pula manusia hanya mengikuti unsur kehewanan dan libidonya saja sehingga energinya diselaraskan dengan langkah-langkah syetan. Padahal, manusia mestinya bersyukur telah dijadikan oleh Sang Khalik menjadi manusia yang diberi kewajiban untuk beribadah kepada-Nya, dan menjadi khalifah-Nya di muka bumi.

Salah satu yang perlu kita syukuri adalah bahwa kita diciptakan dari tanah dan unsur-unsurnya. Sebagian manusia mungkin pernah berfikir mengapa harus bersyukur menjadi manusia yang tercipta dari tanah? Untuk mencari jawabannya kita harus bertafakkur.
Allah Ta’ala berfirman:
هُوَ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ طِيْنٍ ثُمَّ قَضَى أَجَلاً، وَأَجَلٌ مُّسَمًّى عِنْدَهُ ثُمَّ أَنْتُمْ تَمْتَرُوْنَ _ سورة الأنعام
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian Dia menetapkan ajal (kematianmu), dan batas waktu tertentu yang hanya diketahui oleh-Nya. Namun demikian kamu masih meragukannya.” (Q.S. al-An’am [6]:2)
Juga kita bisa melihat pada Q.S. al-Mu’minun [23]:12, Q.S. al-Hijr [15]: 26, Q.S. al-Rahman [55]:14, dan lain-lain semuanya menunjukkan penciptaan manusia berasal dari tanah.

Dalam sebuah sumber yang saya baca bahwa di antara keutamaan manusia adalah karena tercipta dari tanah, melalui media penciptaan tersebut manusia mampu menyimpan memori dari pengetahuan (ilmu) yang diterimanya, yang semua pengetahuan (ilmu) itu adalah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita bisa simak dari Firman Allah: (وَعَلَّمَ أدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهّا .... ), “Dan dia ajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya...”, Q.S. al-Baqarah [2]: 31, dan dari Firman-Nya: ( عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ), “... (Allah) mengajarkan kepada manusia sesuatu yang tidak diketahuinya.”, Q.S. al-Alaq : 5.

Dalam kajian ilmiah dikatakan bahwa tanah mengandung banyak unsur atom atau metal (logam) maupun metalloid (seperti logam) yang sangat diperlukan sebagai katalis dalam proses reaksi kimia maupun biokimia untuk membentuk molekul-molekul organik yang lebih kompleks. Unsur-unsur yang ada dalam tanah antara lain: besi (Fe), tembaga (Cu), Kobalt (Co), mangan (Mn), di samping unsur karbon (C), hidrogen (H), nitrogen ( N ), fosfor (P), dan Oksigen (O). Semua unsur metal dan metalloid berperan sebagai katalis dalam proses reaksi biokimiawi untuk membentuk molekul yang lebih kompleks, seperti ureum, asam amino, atau bahkan nukleotida. Molekul-molekul ini dikenal sebagai molekul organik, pendukung suatu proses kehidupan.

Otak manusia yang merupakan organ vital untuk menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali informasi, terbuat dari unsur-unsur kimia tersebut. Semuanya tersusun menjadi makromolekul dalam bentuk jaringan otak. Instrumen lain penyimpan informasi yang terdapat dalam tubuh manusia adalah senyawa kimia yang dikenal sebagai DNA (desoxyribonucleic acid). Baik jaringan otak manusia maupun molekul-molekul DNA terdiri atas unsur-unsur utama C, H, O, N, dan P.

Prof. Carl Sagan dari Princeton University, dalam bukunya, The Dragon of Eden menguraikan bahwa salah satu kelebihan manusia adalah dalam hal kepemilikan sistem penyimpan informasi atau memori. Ada dua macam sistem penyimpan informasi: (1) Jaringan otak yang mampu menyimpan jaringan memori apa pun yang direkamnya. Otak manusia mampu menyimpan informasi sebesar 10 pangkat 13 bits, atau 10 pangkat 7 Gbits; dan (2) DNA-kromosomal, yaitu molekul DNA yang ada di kromosom, yang menyimpan informasi genetik pada manusia. DNA ini mampu menyimpan memori sebesar 2 x 10 pangkat 10 bits atau sekitar 2 x 10 pangkat 4 Gbits, atau sebanding dengan buku setebal 2.000.000 halaman, atau 4000 jilid buku yang masing-masing setebal 500 halaman. Kedua penyimpan informasi super canggih ini tersusun dari unsur-unsur tanah. Subhanallah

Sahabatku, itulah di antara kelebihan manusia yang dikaji dari satu sumber kajian ilmiah. Penelitian tentang manusia diperdalam dengan berbagai disiplin ilmu dan melahirkan simpulan bahwa manusia adalah makhluk ajaib yang diciptakan oleh Allah Ta’ala. Tetapi kelebihan ini janganlah membuat kita sombong. Apalagi kalau kita melihat kajian Tasawuf bahwa qalb (hati, kalbu, akal) yang telah mampu dibersihkan dari segala kotorannya akan mampu menerima segala hakekat yang dilimpahkan Allah Ta’ala kepadanya, walaupun memang dibatasi dengan hijab-hijab. Akan tetapi dengan riyadhah (latihan spiritual) dan mujahadah (melawan hawa nafsu) maka hijab-hijab tersebut dapat tersingkap dan qalb mengalami “tajally” (pencerahan).

Kebeningan qalbu muncul dari kesenangan berdzikir dalam segala keadaan dan ide-ide cemerlang sering datang sebagai buah "tafakkur". Suatu proses perenungan terhadap fenomena-fenomena tersurat, seperti gejala alam atau realitas kehidupan makhluk hidup terutama kehidupan manusia yang terjadi.

Firman Alloh:
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): 'Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka..' " (Q.S. Ali imraan, 3 : 190-191)

Pada ayat 190, berkata Imam Fakhrur Razi dalam Tafsir al-Kabir/Mafaatih al-Ghayb:
قَالَ ابْنُ عُمَرَ: قُلْتُ لِعَائِشَةَ: أَخْبِرِينِي بِأَعْجَبِ مَا رَأَيْتِ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَبَكَتْ وَأَطَالَتْ ثُمَّ قَالَتْ: كُلُّ أَمْرِهِ عَجَبٌ، أَتَانِي فِي لَيْلَتِي فَدَخَلَ فِي لِحَافِي حَتَّى أَلْصَقَ جِلْدَهُ بِجِلْدِي، / ثُمَّ قَالَ لِي: يَا عَائِشَةُ هَلْ لَكِ أَنْ تَأْذَنِي لِي اللَّيْلَةَ فِي عِبَادَةِ رَبِّي، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي لَأُحِبُّ قُرْبَكَ وَأُحِبُّ مُرَادَكَ قَدْ أَذِنْتُ لَكَ. فَقَامَ إِلَى قِرْبَةٍ مِنْ مَاءٍ فِي الْبَيْتِ فَتَوَضَّأَ وَلَمْ يُكْثِرْ مِنْ صَبِّ الْمَاءِ، ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي، فَقَرَأَ مِنَ الْقُرْآنِ وَجَعَلَ يَبْكِي، ثُمَّ رَفَعَ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَبْكِي حَتَّى رَأَيْتُ دُمُوعَهُ قَدْ بَلَّتِ الْأَرْضَ، فَأَتَاهُ بِلَالٌ يُؤْذِنُهُ بِصَلَاةِ الْغَدَاةِ فَرَآهُ يَبْكِي، فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَبْكِي وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ، فَقَالَ: يَا بِلَالُ أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا، ثُمَّ قَالَ: مَا لِي لَا أَبْكِي وَقَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ فِي هَذِهِ اللَّيْلَةِ: إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ ثُمَّ قَالَ: وَيْلٌ لِمَنْ قَرَأَهَا وَلَمْ يَتَفَكَّرْ فِيهَا. وَرُوِيَ: وَيْلٌ لِمَنْ لَاكَهَا بَيْنَ فَكَّيْهِ وَلَمْ يَتَأَمَّلْ فِيهَا.
وَعَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ يَتَسَوَّكُ ثُمَّ يَنْظُرُ إِلَى السَّمَاءِ وَيَقُولُ: إن في خلق السموات وَالْأَرْضِ.
Ibn 'Umar berkatata; aku berkata kepada 'Aisyah, "Kabarkanlah kepadaku sesuatu yang sangat mengagumkan atas apa yang engkau lihat dari Rasulullah s.a.w.", maka beliau ('Aisyah) menangis cukup lama, dan berkata, "Segala urusan Beliau mengagumkan, suatu ketika beliau mendatangiku pada malamku, kemudian masuk ke dalam selimutku sampai kulitnya menempel di kulitku, kemudian beliau bersabda, 'Wahai 'Aisyah apakah engkau mengizinkan aku pada malam ini untuk beribadah kepada Rabbku?', maka aku menjawab, 'Ya Rasulallah, aku sangat menyukai kedekatan dengan Anda dan aku menyukai kehendak Anda, maka sungguh aku mengizinkan Anda.' Lantas beliau menuju girbah (sejenis ukuran) air di rumah, berwudhu dengan tidak membanyakkan kucuran air, lantas shalat dan membaca sebagian al-Qur'an, lalu menangis. Kemudian beliau mengangkat tangannya dan menangis sehingga aku melihat air mata tangisnya membasahi bumi (tempat shalat). Kemudian datanglah Bilal hendak memberitahukan datangnya shalat Subuh (hendak adzan) dan ia melihat Rasulullah sedang menangis, maka Bilal pun bertanya kepada Nabi, 'Wahai Rasulallah, apakah gerangan engkau menangis padahal Allah mengampuni engkau dari dosa-dosa terdahulu dan yang akan datang?', maka Rasulullah s.a.w. menjawab,'wahai Bilal, tidak bolehkah aku menjadi hamba Allah yang sangat bersyukur?'.. kemudian beliau bersabda, 'Tidaklah aku menangis sedangkan Allah menurunkan pada malam ini ayat 'inna fii kholqis samaawaati wal ardh..', 'Celakalah orang yang membacanya tapi tidak mau bertafakkur terhadapnya'. " Dan diriwayatkan:"Celakalah bagi orang yang membacakan di antara rahangnya tapi tidak pernah merenungkannya."

Dari Imam Ali R.A. \, bahwasannya Rasulullah s.a.w. apabila hendak berqiyamullail beliau bersiwak (menggosok gigi dan membersihkan mulut) kemudian beliau memandang langit dan bersabda, "inna fii khalqis samaawaati wal ardh.."

Pada ayat 191, Imam Fakhrur Razi berkata:
اعْلَمْ أَنَّهُ تَعَالَى لَمَّا ذَكَرَ دَلَائِلَ الْإِلَهِيَّةِ وَالْقُدْرَةِ وَالْحِكْمَةِ وَهُوَ مَا يَتَّصِلُ بِتَقْرِيرِ الرُّبُوبِيَّةِ ذَكَرَ بَعْدَهَا مَا يَتَّصِلُ بِالْعُبُودِيَّةِ، وَأَصْنَافُ الْعُبُودِيَّةِ ثَلَاثَةُ أَقْسَامٍ: التَّصْدِيقُ بِالْقَلْبِ، وَالْإِقْرَارُ بِاللِّسَانِ، وَالْعَمَلُ بِالْجَوَارِحِ، فَقَوْلُهُ تَعَالَى: يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِشَارَةٌ إِلَى عُبُودِيَّةِ اللِّسَانِ، وَقَوْلُهُ: قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ إِشَارَةٌ إِلَى عُبُودِيَّةِ الْجَوَارِحِ وَالْأَعْضَاءِ، وَقَوْلُهُ: وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ/ وَالْأَرْضِ إِشَارَةٌ إِلَى عُبُودِيَّةِ الْقَلْبِ وَالْفِكْرِ وَالرُّوحِ، وَالْإِنْسَانُ لَيْسَ إِلَّا هَذَا الْمَجْمُوعَ، فَإِذَا كَانَ اللِّسَانُ مُسْتَغْرِقًا فِي الذِّكْرِ، وَالْأَرْكَانُ فِي الشُّكْرِ، وَالْجِنَانُ فِي الْفِكْرِ، كَانَ هَذَا الْعَبْدُ مُسْتَغْرِقًا بِجَمِيعِ أَجْزَائِهِ فِي الْعُبُودِيَّةِ، فَالْآيَةُ الْأُولَى دَالَّةٌ عَلَى كَمَالِ الرُّبُوبِيَّةِ، وَهَذِهِ الْآيَةُ دَالَّةٌ عَلَى كَمَالِ الْعُبُودِيَّةِ، فَمَا أَحْسَنَ هَذَا التَّرْتِيبَ فِي جَذْبِ الْأَرْوَاحِ مِنَ الْخَلْقِ إِلَى الْحَقِّ، وَفِي نَقْلِ الْأَسْرَارِ مِنْ جَانِبِ عَالَمِ الْغُرُورِ إِلَى جَنَابِ الْمَلِكِ الْغَفُورِ
"Ketahuilah, bahwa Allah Ta'ala tatkala menuturkan dalil-dalil Ilahiyyah, kekuasaan, dan hikmah akan bersambung kepada penetapan rububiyyah, kemudian ubudiyyah. Pembagian 'Ubudiyyah (penghambaan/peribadatan) ada tiga bagian, yaitu membenarkan dengan qalbu, mengikrarkan dengan lisan, dan beramal dengan anggota badan. maka Firman Allah Ta'ala 'yadzkuruunallaah' adalah isyarat terhadap ubudiyyah lisan, 'qiyaamaa wa qu'uudaa wa 'alaa junuubihim' adalah isyarat ubudiyyah anggota badan, dan FirmanNya 'wa yatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardh' adalah isyarat terhadap ubudiyyah qalbu, fikir, dan ruh. Dan tidaklah manusia kecuali harus berada pada ketiga-tiganya. Jika lisan tenggelam dalam dzikir, anggota badan tenggelam dalam syukur, dan jinaan (perangkat hati, qalbu) tenggelam dalam fikir, maka seseorang itu menenggelamkan segenap bagiannya dalam ubudiyyah. maka, ayat yang pertama menunjukkan kepada kesempurnaan Rububiyyah, dan ayat yang ini menunjukkan kepada kesempurnaan Ubudiyyah. Maka alangkah bagus ketertiban semua ini dalam menarik segala ruh makhluk menuju al-Haq (Allah), dan dalam memindahkan segala rahasia dari sisi alam penuh tipuan menuju persinggahan al-Malik al-Ghafuur. "

Berdasarkan uraian di atas, maka berkumpulnya kemampuan dalam berdzikir dan bertafakkur untuk menciptakan pribadi Ulul Albab adalah sebuah kemestian yang harus dilakukan oleh setiap muslim.
Tafakkur sebagai proses memahami dan mengimani kekuasaan dan keesaan Allah dilakukan step by step, teringat perkataan Imam Sibawaih:
قال سيبويه رحمه الله كان الخليل بن أحمد يوصينا إذا لم نفهم المسألة أن نحفظها ويقول لا بد أن تفهمها في يوم من الأيام
"Imam Khalil bin Ahmad berwasiat kepada kami, 'Jika belum memahami suatu masalah hendaklah menghafalkan masalah tersebut, dan ia berkata mestilah ia memahami masalah tersebut pada suatu hari. "
Sahabatku, jika aku menguraikan sesuatu adalah hasil telaah dari yang ku terima, ku dengar dan ku baca saja, aku teringat perkataan salah seorang ulama ketika beliau menyusun karyanya:
أَنَّهُ لَيْسَ لِيْ فِيْهِ إِلاَّ الْجَمْعُ والنَّقْلُ مِنْ كَلاَمِ الْعُلَمَاءِ الرَّاسِخِيْنَ والصُّلَحَاءِ الْعَارِفِيْنَ
“... bahwasannya tiadalah bagi saya di dalamnya selain mengumpulkan dan memindahkan perkataan para ulama yang tajam kecerdasannya dan orang-orang shalih yang makrifat”. (Syekh Nawawi)
Benarlah demikian adanya, ilmuku dibanding mereka para ulama tidak sampai menyamai walaupun terhadap debu dari kuda yang mereka tunggangi.
سبحانك لا علم لنا إلاَ ما علّمتنا إنّك أنت العليم الحكيم
Ya Allah, ampunilah segala kebodohanku.. terangilah qalbuku kepahaman dengan cahaya ilmu-Mu, dan jadikanlah aku bisa beramal dengan taufiqMu.. Aamiin
====
JANGAN lupakan dalam tafakkurmu, dalam dzikir dan fikirmu terhadap Baginda kita, Sayyiduna Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam..
SESUAI dengan bulan dilahirkannya Baginda Nabi Muhammad shallallāhu 'alaihi wa sallam, maka tugas kita adalah menciantai dan memuliakan kedudukan dan derajatnya.
Dalam bait Syu'bul Īmān disebutkan:
وَاحْبُبْ نَبِيَّكَ ثُمَّ عَظِّمْ قَدْرَهُ * وَابْخِلْ بِدِيْنِكَ مَا يُرَى بِكَ مَأْثَمُ
"Cintailah Nabimu, kemudian agungkan derajatnya * dan kikirlah dengan agamamu selama dilihat perbuatan dosa bagimu"

Dalam sebuah hadits Shahih, Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda:
لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ _ الحديث
"Tiadalah salah seorang dari kalian (sempurna) beriman, sehingga AKU lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya."
Tanda mencintai adalah sangat banyak menyebutnya, sehingga salah satu cara mencintai Nabi adalah memperbanyak membaca shalawat.
Memperbanyak shalawat juga bagian dari dzikir kepada Allah.
Dalam sebuah hadits:
عن أبي أمامة رضي الله عنه قال قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم -أكثروا علي من الصلاة في كل يوم جمعة فإن صلاة أمتي تعرض علي في كل يوم جمعة فمن كان أكثرهم علي صلاة كان أقربهم مني منزلة _ رواه البيهقي في السنن الكبرى
Dari Abu Umamah radliyallāhu 'anhu, ia berkata: Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jum'at karena shalawat umatku akan dilaporkan kepadaku pada hari Jum'at, maka barangsiapa yang lebih banyak membaca shalawat kepadaku, maka ia lebih dekat kedudukannya daripadaku." (H.R. al Baihaki)

Dalam hadits lain:
عن عبد الله بن مسعود أن رسول الله - صلى الله عليه وسلم -قال أولى الناس بي يوم القيامة أكثرهم علي صلاة - قال الترمذي: هذا حديث حسن غريب - رواه الترمذي
Dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah shallallāhu 'alaihi wa sallam bersabda, "Manusia paling istimewa bagiku pada hari kiamat adalah orang yang paling banyak membaca shalawat kepadaku." (H.R. at Tirmidzi)
Dalam sebuah sumber:
ورد عن ابن مسعود مزفوعا موقوفا وهو أصح، "حسنوا الصلاة على نبيكم وذكر الكيفية وقال فيها على سيد المرسلين وهو شامل فى الصلاة وخارجها _ سعادة الدارين ص ١٢
Telah terwarid dari Sayyidina Ibnu Mas'ud secara marfu' mauquf, dan itu adalah ashoh, " Perbaguslah oleh kalian bershalawat atas Nabi anda, Sayyidil Mursalīn. Dan hal itu mencakup dalam shalat atau di luar shalat."
Jika misalnya dipandang hadits dari segi isnād adalah dla'if, setidaknya dalam riwayat at Tirmidzi dinyatakan hadits hasan gharīb.

Seandainya, masih meragukan pula kesunnahan membaca shalawat dan memperbanyaknya, maka baiklah ada dalam suatu hadits:
من صلى علي صلاة واحدة صلى الله عليه عشر صلوات وحطت عنه عشر خطيئات ورفعت له عشر درجات _ رواه أحمد والنسائي وابن حبان عن أنس بن مالك رضي الله عنه
"Barangsiapa shalawat kepadaku dengan satu shalawat " shallallāhu 'alaihi" maka dia mendapat pahala 10 kali dari shalawat, dan berguguran 10 kesalahan, dan diangkat 10 derajat."
Maka jika sekali saja mendapat pahala seperti itu apatah lagi jika lebih banyak.
Masalah lafadz shalawat terserah, bagi anda yang tetap mengharuskan dengan bacaan shalawat Ibrāhimiyyah saja tak apa-apa, hanya saja selama isinya bermaksud tahsīn (membaguskan) pembacaan shalawat mengapa tidak, dan tentunya substansinya adalah melaksanakan perintah Allah:
صلوا عليه وسلموا تسليما _ الآية
".. Shalawatlah kamu kepadanya dan membaca salam dengan sebenar-benarnya."
Di antara lafadz shalawat yang saya kagumi:
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَوْلَانَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهٖ عَدَدَ الْأَعْدَادِ كُلِّهَا مِنْ حَيْثُ انْتِهَاؤُهَا فِيْ عِلْمِكَ وَ مِنْ حَيْثُ لَا أَعْدَادَ مِنْ حَيْثُ إِِحَاطَتُكَ بِمَا تَعْلَمُ لِنَفْسِكَ مِنْ غَيْرِ انْتِهَاءٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
"Ya Allah, wuwuhlah rahmat dan salam kepada Tuan kami, Muhammad dan keluarganya, sejumlah semua bilangan dari sekira ujungnyanya bilangan-bilangan itu dalam ilmuMu dan dari sekira tiada bilangan-bilangan dari sekira liputanMu atas apa yang Engkau ketahui pada ZatMu dari tiada ujungnya, sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu."
Shalawat di atas adalah salah satu shalawat yang dinisbahkan kepada Sayyid Ahmad bin Idris pendiri Thariqah Idrisiyyah yang merupakan cabang dari Syadziliyyah. Sebagai komentarnya atasnya dikatakan:
خذ هن يا من أراد أن يسبح في كوثر النور المحمدي
".. Ambillah untukmu wahai orang yang berkeinginan untuk mengarungi kautsar Cahaya Muhammad.."
Semoga bermanfaat, ..

وصلى الله وسلم على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Walhamdu lillaah
13 Nopember 2018/ Malam 06 Rabi'ul Awwal.
#a2zakhoel_alMukhlashi
Share:

0 Comments:

Posting Komentar

Bijaklah Dalam Berkomentar!